Susul Pertamina, BUMN Sektor Perbankan Dinilai Layak Masuk Fortune Global 500
Sejumlah sektor perusahaan pelat merah dinilai layak masuk dalam daftar Fortune Global 500. Seperti BUMN di sektor perbankan hingga telekomunikasi.Â
IDXChannel - Sejumlah sektor perusahaan pelat merah dinilai layak masuk dalam daftar Fortune Global 500. Seperti BUMN di sektor perbankan hingga telekomunikasi.
Director Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mencatat, potensi besar ada di sektor perbankan. Menurutnya, ada sejumlah pertimbangan yang mendasari kelayakan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) masuk list Fortune Global 500.
Misalnya, pasar kredit perbankan di Indonesia tercatat besar dengan potensi 180 juta orang yang belum mendapat layanan keuangan formal. Kemudian, peluang penyaluran kredit ke sektor pertanian.
"Paling potensial saat ini BUMN di sektor keuangan ya. Idealnya, bank Himbara masuk list Fortune 500. India saja punya State Bank of India di urutan ke-205 dengan total aset 662 miliar dolar AS," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (4/8/2021).
Aset Bank BUMN pun tercatat naik, dimana, per Maret 2020 meningkat 7,09 persen atau Rp 3.530,87 triliun. Rinciannya, PT Bank BRI (Persero) Tbk, tumbuh 5,82 persen atau Rp 1.287 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, tumbuh 9,15 persen atau Rp 1.130 triliun, PT Bank BNI (Persero) Tbk, tumbuh 9, 9 persen atau RP 803 triliun, di susul PT Bank BTN (Persero) Tbk tumbuh 2,27 persen atau Rp 308 triliun
Dari periode yang sama, Kredit Himbara pun menunjukkan peningkatan dengan total pertumbuhan 11,03 persen atau RP 2.469,32 triliun. Rinciannya, Bank BRI tumbuh 9,38 persen atau Rp 884 triliun, Bank Mandiri tumbuh 14,84 persen atau Rp 786 triliun, BNI tumbuh 11,2 persen atau Rp 545 triliun dan BTN tumbuh 4,59 persen atau Rp 253 triliun.
Di sektor Telekomunikasi, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, pun dipandang layak masuk daftar urutan 500 perusahaan top dunia yang diukur berdasarkan pendapatan tahunan perusahaan tersebut.
Bhima menyebut, jasa sektor telekomunikasi melesat tajam saat pandemi Covid-19. Hal tersebut didukung oleh penggunaan internet di dalam negeri. Dimana, pada 2020 Indonesia mencatatkan pengguna internet mencapai 202.6 juta pengguna aktif atau tumbuh 15.5 persen.
"BUMN lain yang harusnya potensi masuk adalah Telkom karena ditengah pandemi keuntungan jasa sektor telekomunikasi melesat tajam. Indonesia adalah salah satu negara yang peningkatan aktivitas penggunaan data internetnya tertinggi di dunia selama 2020," katanya.
Dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Telkom Indonesia meraup laba bersih sebesar Rp6,01 triliun pada kuartal I-2021. Laba Telkom naik 2,59 persen dibanding 31 Maret 2020 sebesar Rp5,86 triliun.
Telkom juga mencatatkan pendapatan sebesar Rp33,94 triliun atau turun 0,72 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp34,19 triliun dengan laba per saham dasar Rp60,71.
Adapun pendapatan emiten terdiri atas telepon, interkoneksi, data, internet, dan jasa teknologi informatika, jaringan, Indihome, dan layanan lainnya.
Di sektor energi dan kelistrikan, PT PLN (Persero) pun berpotensi masuk. Bhima memandang, monopoli listrik di Indonesia menjadi faktor utama perseroan mencatatkan namanya di daftar 500 perusahaan top dunia.
"Kemudian PLN karena monopoli listrik di Indonesia harusnya juga masuk. Perusahaan peringkat ke 2 yang masuk Global 500 saja ada State Grid Corporation of China atau perusahaan BUMN penyedia layanan listrik," tuturnya. (NDA)
Saat ini, PLN mencatatkan total aset senilai Rp 1.589 triliun. Jumlah itu meningkat Rp 275 triliun dibandingkan lima tahun lalu yang berada di kisaran Rp 1.314 triliun.
Dari rilis terbarunya, Fortune 500 menempatkan PT Pertamina (Persero) dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2021. Perseroan menduduki peringkat ke 287 dengan nilai pemasukan (revenue rating) sekitar 49,469 miliar dolar Amerika Serikat (AS). (NDA)