Taiwan Krisis Talenta di Bidang Semikonduktor, Incar Pekerja Indonesia
Taiwan tengah khawatir kekurangan sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi tinggi.
IDXChannel – Taiwan tengah khawatir kekurangan sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi tinggi.
Melansir Nikkei Asia, Selasa (26/3/2024), Taiwan tengah membidik pelajar Asia Tenggara, termasuk Indonesia sebagai sumber pekerja untuk industri semikonduktor.
Pelajar asing dari Asia Tenggara dan negara lain dipandang sebagai bagian dari solusi krisis SDM ini.
Gaji yang stagnan, kenaikan harga properti, dan tekanan lainnya telah menurunkan angka kelahiran di Taiwan dalam beberapa dekade terakhir. Kelahiran tahunan turun ke rekor terendah sekitar 135 ribu pada tahun 2023 dari lebih dari 300 ribu pada tahun 1990an.
Sementara itu, persaingan untuk mendapatkan talenta di industri semikonduktor semakin meningkat.
Pelajar asing ini nantinya juga dapat magang di perusahaan chip terkemuka seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), ASE Technology Holding, dan Powertech Technology.
TSMC sendiri saat ini telah mempekerjakan lebih dari 6.000 pekerja setiap tahunnya.
Di lain pihak, permintaan chip diperkirakan akan terus meningkat di tengah kemajuan kecerdasan buatan generatif alias artificial intelligence (AI) dan teknologi lainnya.
Melansir Statista, ukuran pasar (market size) semikonduktor di seluruh dunia berjumlah sekitar USD557 miliar pada 2023 dengan TSMC menjadi pemimpin pasar.
TSMC mencatat pertumbuhan pendapatan hingga Q3 2023, didukung tanda-tanda positif pemulihan di pasar PC dan ponsel pintar, serta tanda-tanda awal stabilisasi permintaan. (Lihat grafik di bawah ini.)
Permintaan chip AI meningkat pada Q3 2023 dan akan tetap kuat pada Q4 2023, terbukti dari kekurangan AI GPU. Kami yakin tren ini akan berlanjut hingga tahun 2024.
Mengingat ketergantungan Taiwan pada industri semikonduktor, pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan menghadapi tekanan untuk membuat strategi jangka panjang guna mengamankan jumlah pekerja.
Bahkan Taiwan mengumumkan rencana ini sejak tahun lalu untuk menghabiskan NTD5,2 miliar alias setara USD163 juta pada tahun 2028 untuk menarik 320 ribu pelajar internasional asing pada tahun 2030.
Taiwan akan menekankan aspek sains, teknologi, teknik, dan matematika. Ini berarti Taiwan akan menerima siswa sebanyak dua kali lipat kecepatan sebelumnya.
Taiwan juga meluncurkan kerangka kerja baru pada tahun ini dimana pemerintah dan pemberi kerja memberikan dukungan keuangan kepada pelajar asing sebagai imbalan atas pekerjaan mereka di Taiwan untuk jangka waktu tertentu setelah mereka lulus.
Tujuannya adalah agar sekitar 70 persen pelajar internasional bekerja di Taiwan setelah lulus, naik dari saat ini 40 persen menjadi 50 persen.
Pelajar di Asia Tenggara adalah target utama dari upaya ini. Program rekrutmen baru-baru ini bermunculan di Vietnam, Indonesia, Filipina, dan negara-negara lain di kawasan ini untuk menarik minat pelajar.
Di Taiwan juga terdapat sekolah Semikonduktor MUST yang dijuluki "mini TSMC" dan bertujuan untuk menghasilkan spesialis yang dapat menjadi aset langsung bagi pemberi kerja di masa depan. Hampir 700 dari sekitar 2.300 siswa di sekolah ini berasal dari Vietnam.
Melansir Nikkei Asia, seorang mahasiswa Vietnam dalam program master memilih belajar di Taiwan untuk belajar dari industri semikonduktor terkemuka di dunia ini.
Pria berusia 23 tahun ini berencana bekerja selama tiga atau empat tahun di sebuah perusahaan Taiwan setelah lulus untuk mendapatkan pengalaman.
“Kami membutuhkan puluhan ribu pekerja lagi. Perusahaan dan universitas perlu bekerja sama untuk mengembangkan bakat di bidang ini,” kata Chang Ho, dekan Sekolah Semikonduktor MUST. (ADF)