ECONOMICS

Tekan Kerugian Food Loss, Kementan dan BRIN Kembangkan Teknologi Pascapanen

Taufan Sukma/IDX Channel 18/10/2023 14:05 WIB

selama ini setidaknya sekitar 14 persen nilai keuntungan dan manfaat produk pangan hilang setelah panen (food loss).

Tekan Kerugian Food Loss, Kementan dan BRIN Kembangkan Teknologi Pascapanen (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Pertanian (Kementan) dan badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sepakat berkolaborasi mengembangkan teknologi pascapanen.

Langkah tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kerugian petani akibat penyusutan pangan dan limbah pangan (food loss dan waste).

"Jadi nanti teknologi pascapanen, dari mulai panen sampai terhidang ke meja, Indonesia menjadi salah satu yang terbesar," ujar Pelaksana Tugas Menteri Pertanian (Plt Mentan), Arief Prasetyo Adi, Rabu (18/10/2023).

Menurut Arief, selama ini setidaknya sekitar 14 persen nilai keuntungan dan manfaat produk pangan hilang setelah panen (food loss). Selain itu, 17 persen lagi hilang pada saat telah terhidang di meja makan (food waste).

"Jadi total 31 persen itu hilang. Itu nilainya bisa setara dengan Rp550 triliun," tutur Arief.

Dengan adanya penandatanganan kesepakatan bersama antara Kementan dan BRIN, menurut Arief, nantinya kedua pihak bakal berkolaborasi dalam meningkatkan efisiensi hasil pertanian di Indonesia, melalui penciptaan inovasi di bidang pangan, mulai dari hulu hingga ke hilir.

"Tak hanya inovasi pertanian di hulu, tapi di hilirnya juga. Beliau (kepala BRIN, Laksana Tri Handoko) ber'hutang' pada saya untuk teknologi iradiasi. Saya ingin menggunakan teknologi iradiasi ini untuk memperpanjang shelf life," ungkap Arief.

Menurut hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021, Indonesia membuang sampah makanan 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019, dengan taksiran kerugian ekonomi sebesar Rp213-551 triliun per tahun.

Nilai tersebut setara dengan empat hingga lima persen dari total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia per tahun.

Salah satu strategi pengurangan food loss dan waste adalah dengan mengembangkan teknologi iradiasi makanan yang saat ini sedang dikembangkan oleh BRIN.

Iradiasi makanan merupakan metode penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan pangan serta membebaskan dari jasad renik patogen.

"Penelitian ini tidak hanya fokus pada ekstensifikasi, tapi juga intensifikasi. Termasuk sampai pascapanen tadi, agar setelah dihasilkan bisa tahan lama. Contohnya bawang merah, bisa tahan dua sampai tiga bulan, sehingga bisa didistribusikan ke berbagai lokasi tanpa harus jatuh harganya," ujar Laksana, dalam kesempatan yang sama.

Beberapa contoh bahan pangan yang rencananya akan menggunakan iradiasi makanan untuk memperpanjang waktu shelf life dari 12 komoditas pangan adalah cabai, bawang merah, dan telur. (TSA)

SHARE