Terancam Bangkrut, China Evergrande Cari Perlindungan dari Kreditur di Pengadilan AS
China Evergrande yang merupakan pengembang properti dengan utang terbesar di dunia mengajukan perlindungan dari kreditur di pengadilan kebangkrutan AS.
IDXChannel - China Evergrande yang merupakan pengembang properti dengan utang terbesar di dunia dan menjadi penyebab krisis properti China, mengajukan perlindungan dari kreditur di pengadilan kebangkrutan Amerika Serikat (AS) pada Kamis (17/8/2023).
Perusahaan mencari perlindungan di bawah Bab 15 dari kode kebangkrutan AS, yang melindungi perusahaan non-AS saat menjalani restrukturisasi dari kreditur yang berharap untuk menuntut mereka atau mengikat aset di Amerika Serikat.
Sebuah afiliasi, Tianji Holdings, juga mencari perlindungan Bab 15 pada hari Kamis di pengadilan kebangkrutan Manhattan. Meski begitu, pengacara Evergrande belum memberikan tanggapan terkait hal tersebut.
Dalam pengajuan di pengadilan kebangkrutan Manhattan, Evergrande mengatakan sedang mencari pengakuan atas pembicaraan restrukturisasi yang sedang berlangsung di Hong Kong, Kepulauan Cayman, dan Kepulauan Virgin Britania Raya.
Evergrande mengatakan kreditur mungkin dapat memberikan suara bulan ini untuk restrukturisasi, dengan kemungkinan persetujuan dari pengadilan Hong Kong dan British Virgin Islands pada minggu pertama September. Dengan begitu, perusahaan properti itu mengusulkan penjadwalan sidang pengakuan Bab 15 untuk 20 September 2023 mendatang.
Meski begitu, pengacara Evergrande belum menanggapi permintaan komentar terkait pengajuan perlindungan tersebut. Adapun, pengajuan perlindungan oleh Evergrande datang di tengah kekhawatiran yang berkembang bahwa masalah di sektor properti China dapat menyebar ke bagian lain dari perekonomian negara tersebut. Sebab, pertumbuhan ekonomi China kian melambat.
Sejak krisis utang sektor properti China itu terungkap pada pertengahan 2021, perusahaan yang menyumbang 40% dari penjualan rumah China telah menyatakan gagal bayar. Di sisi lain, kesehatan keuangan Country Garden, pengembang swasta terbesar di China, juga mengkhawatirkan investor setelah perusahaan melewatkan beberapa pembayaran bunga bulan ini.
Evergrande baru-baru ini memiliki kewajiban sebesar USD330 miliar. Default akhir tahun 2021 memicu serangkaian default di pembangun lain yang akhirnya mengakibatkan ribuan rumah belum selesai dibangun di seluruh China.
Bulan lalu, Evergrande membukukan kerugian gabungan sebesar USD81 miliar untuk tahun 2021 dan 2022, memicu kekhawatiran investor tentang kelangsungan rencana restrukturisasi utang yang diusulkannya pada Maret lalu.
Pada awal pekan ini, unit kendaraan listriknya yaitu China Evergrande New Energy Vehicle Group , mengumumkan restrukturisasi yang diusulkannya sendiri. Rencana itu menyerukan pertukaran utang untuk ekuitas senilai USD2,7 miliar, dan penjualan saham hampir USD500 juta yang akan memberi pembuat mobil yang berbasis di Dubai, NWTN, memiliki 27,5% saham.
Sepanjang 2021 dan 2022, kerugian gabungan Evergrande NEV mencapai hampir USD10 miliar. Sementara itu, perdagangan saham China Evergrande sudah dihentikan sejak Maret 2022.
(FRI)