ECONOMICS

Terancam Embargo Bila Beli Minyak dari Rusia, Menparekraf Sandiaga: Makan Baba Rafi Saja!

Rizky Fauzan 21/08/2022 20:17 WIB

Sandiaga menyebut sebagian menteri tidak setuju lantaran aksi impor tersebut dikhawatirkan bakal memantik risiko dijatuhkannya embargo oleh Amerika Serikat (AS)

Terancam Embargo Bila Beli Minyak dari Rusia, Menparekraf Sandiaga: Makan Baba Rafi Saja! (foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, menyebut bahwa Indonesia telah menerima tawaran pasokan minyak dari Rusia yang harganya 30 persen lebih murah dibanding harga pasar internasional.

Menurut Sandiaga, Presiden Joko Widodo pada dasarnya cukup tertarik dan siap melakukan impor dari Rusia agar dapat mengurangi beban anggaran impor minyak di APBN. Namun setelah didiskusikan lebih lanjut, Sandiaga menyebut sebagian menteri tidak setuju lantaran aksi impor tersebut dikhawatirkan bakal memantik risiko dijatuhkannya embargo oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.

"Pak Jokowi pun pemikirannya sama, ambil (kesempatahn impor minyak dari Rusia). Tapi ada yang tak setuju karena takut. Wah, nanti gimana diembargo sama Amerika? Ya, biarin saja lah. Kalau kita diembargo paling kita tak bisa makan McDonald's kan, makan Baba Rafi lah, dan kadang-kadang apa yang kita lihat, itu sangat berbeda dari perspektif mungkin geopolitik, mungkin dari segi makroekonomi," tulis Sandiaga, lewat akun resmi TikTok-nya @sandiagauno.official, Minggu (21/8/2022).

Diakui Sandiaga, kondisi yang ada memang cukup dilematis dan menantang bagi Indonesia. Hal itu lantaran AS dan negara-negara Barat lainnya sejauh ini memiliki kekuatan besar dalam mengatur teknologi dan pembayaran global.

Andai sanksi embargo benar-benar dijatuhkan, maka bank-bank asal Indonesia berpotensi didepak dari sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT) besutan AS yang selama ini diikuti oleh sebagian besar perbankan dunia.

Selama ini, jejaring SWIFT diandalkan sebagai sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank dapat mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua.

Jika telah resmi dikeluarkan dari SWIFT, maka dapat dipastikan bank-bank di Indonesia tidak lagi bisa bertransaksi dengan menggunakan dolar AS, seperti halnya yang kini tengah menimpa bank-bank di Rusia.

"Takut SWIFT-nya dimatiin. (Jika) Swift dimatiin, kita tidak bisa ngirim dolar AS. Tapi kata Rusia 'tak usah takut, bayarnya pakai Rubel saja.' Jadi kita tukar rupiah ke Rubel gitu. Nah ini yang teman-teman di sektor keuangan lagi ngitung-ngitung," tegas Sandiaga. (TSA)

SHARE