ECONOMICS

Terancam Inflasi Negeri Paman Sam, Bagaimana Kinerja Ekspor Impor AS-RI?

Maulina Ulfa - Riset 14/09/2022 15:37 WIB

Investasi dan ekspor impor disebut akan terdampak akibat inflasi negeri Paman Sam.

Terancam Inflasi Negeri Paman Sam, Bagaimana Kinerja Ekspor Impor AS-RI? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Masih tingginya inflasi Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2022 mencapai 8,3 persen diyakini bakal berimbas ke negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira inflasi AS pada bulan Agustus 2022 masih cukup tinggi. Tingginya inflasi AS akan berdampak terhadap minat investor hingga kinerja ekspor di negara berkembang.

"Inflasi di AS masih cukup tinggi. Jadi mempengaruhi minat investor dalam melakukan investasi di negara berkembang," terang Bhima kepada MPI, dikutip Rabu (14/9/2022).

Mengutip Kementerian Investasi/BKPM dalam realisasi investasi semester I/2022, termasuk negara asal penanaman modal asing (PMA), Singapura berada di urutan pertama dengan nilai investasi USD6,7 miliar.

Kedua, terdapat negara Tirai Bambu dengan realisasi investasi mencapai USD3,6 miliar.

Selanjutnya, Hong Kong menempati posisi ke tiga dengan nilai investasi mencapai USD2,9 miliar, diikuti Jepang USD1,7 miliar.

Adapun AS berada di urutan paling bontot dari 5 negara dengan investasi terbanyak  dengan nilai mencapai USD1,4 miliar.

Di sisi perdagangan, Bhima mengungkapkan, kinerja ekspor yang paling terdampak dari tingginya inflasi AS adalah sektor tekstil khususnya seperti pakaian jadi.

"Inflasi di AS akan menurunkan kinerja ekspor khususnya pakaian jadi, alas kaki, dan bahan baku industri," ujarnya.

Terlebih, ekspor utama Indonesia ke negara Paman Sam adalah jenis pakaian jadi. Kondisi perlambatan ekonomi AS dapat menjadi sinyalemen negatif bagi perdagangan kedua negara ke depan.

Bagaimana Kinerja Ekspor-Impor AS-RI?

Hubungan dagang antara Indonesia dan AS sudah terjalin begitu lama. Bahkan, AS menjadi salah satu mitra dagang andalan RI, terlihat dari catatan ekspor non migas yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Data BPS menunjukkan, Ekspor non migas Indonesia pada Juli 2022 paling besar ke negara China, AS, dan India. AS menempati posisi kedua di bawah China.

Kinerja ekspor RI ke AS di bulan tersebut tercatat bernilai USD2,5 miliar, sementara impor tercatat USD1,1 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Sementara itu, mengutip Tradingeconomics, ekspor utama Indonesia adalah barang pakaian jadi, karet, minyak hewan dan tumbuhan, alas kaki, peralatan elektronik, furniture, ikan, daging, hingga kayu.

Nilai ekspor pakaian jadi mencapai USD 2,71 miliar pada tahun 2021, sementara karet mencapai USD2,18 miliar.

Di sisi impor, menurut BPS, impor dari 13 negara utama naik USD 15,47 ribu atau 20,73 persen pada periode Januari hingga Juli 2022, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan nilai impor terutama berasal dari Tiongkok sebesar USD 8.296,1 juta (27,91 persen), Jepang USD2.154,7 juta (28,01 persen), dan Thailand USD1.864,9 juta (37,94 persen).

Sementara, impor dari AS berada di angka USD5,18 ribu dengan atau meningkat USD 296 dibanding tahun sebelumnya atau hanya sekitar 15,8 persen.

Namun di sisi migas, beberapa komoditas utama diimpor dari negara Paman Sam. Bahan bakar mineral, minyak, produk distilasi mencatatkan impor tertinggi AS ke Indonesia pada 2021, menurut data Tradingeconomics.

Nilainya mencapai USD2,63 miliar. Sementara di posisi kedua terdapat biji-bijian dan minyak biji tumbuhan yang nilainya mencapai USD1,29 miliar. Di posisi ketiga, terdapat impor mesin, reaktor nuklir, dan boiler yang nilainya sebesar USD1,07 miliar.

Sementara mengutip data BPS sepanjang bulan Januari hingga Juli 2022, total impor RI dari AS mencapai USD6,68 miliar. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya di periode yang sama yakni USD4,97 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

(ADF)

SHARE