Terhambat Ketersediaan Kontainer, Ekspor Kopi Turun 10 Persen
Saat ini ekspor Industri kopi terkendala dari sisi pengadaan kontainer dan kapal.
IDXChannel - Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi (Gaeki), Hutama Sugandi mengatakan permintaan kopi di pasar Internasional hanya terpengaruh sedikit dari pandemi covid 19.
Meski demikian Sugandi menuturkan saat ini ekspor Industri kopi terkendala dari sisi pengadaan kontainer dan kapal. Hal tersebut mencatatkan penurunan pada Juni 2021 lalu sebesar 10%.
“Industry kopi bisa kami bagi dua, untuk ekspor dan untuk domestic, pada pandemic tahun 2020 ekspor kelihatanya tidak terganggu, pada 2021 sampai juni ada sedikit penurunan kurang lebih 10%, tetapi dikarenakan kekurangan container sama kapal," ujarnya pada Market Review IDXChanel, Kamis (7/10/2021).
Sugandi menjelaskan, selama masa pandemi covid 19, tren konsumsi kopi didalam negeri mengalami penurunan, namun hal tersebut tertolong dari peningkatan jumlah ekspor kopi ke beberapa negara Eropa dan Timur Tengah.
Sugandi menjelaskan, sebetulnya 5 tahun sebelumnya konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat antara 5-7% setiap tahunnya, namun begitu tahun 2020 saat pandemic melanda terjadi stagnanta sampai penurunan.
"Kalau menurut para anggota kita itu kira-kira 20% tetapi tahun 2021 terutama adanya PPKM itu, pada semester I masih stabil, dan penurunanya tidak terlalu besar, tetapi pada PPKM, Juni, Juli, Agustus itu terjadi penurunan yang signifikan," sambungnya.
Meski mengalami tekanan di dalam negeri, Sugandi menyebut Industri kopi masih tertolong oleh ekspor yang stabil bahkan volumennya meningkat, khususnya pada semester I di 2021 Ekspor ke negara Timur Tengah.
Sedangkan untuk ke Amerika dan Uni Eropa menurut Sugandi permintaan sebenarnya masih tinggi, namun tetap terkendala oleh kekurangan kapal untuk pengiriman.
"Mereka juga informasinya pada masa pandemic ini banyak yang melakukan WFH, sehingga konsumsi kopinya meningkat, tapi sayangnya kita pengirimannya terhambat oleh container dan kapal, akhirnya bahkan banyak yang melakuak pembatalan kontrak, itu yang menyebabkan penurunan," sambung Sugandi. (TIA)