Terkuak Biang Keladi Harga Daging Sapi di RI Mahal
Ternyata ini penyebab harga daging sapi di Indonesia mahal lho bunda.
IDXChannel - Harga daging sapi di pasaran sudah tembus Rp140 ribu per kilogram (kg). Menurut penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), kenaikan harga komoditas ini karena dipicu oleh rantai distribusi yang panjang.
“Rantai distribusi daging sapi yang panjang menimbulkan biaya tambahan yang cukup tinggi, sehingga kenaikan di harga logistik dan transportasi akan berdampak signifikan pada kenaikan harga modal produksi daging sapi di tingkat produsen," jelas Board Members
Belum lagi adanya kebijakan eksternal yang turut berdampak, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak,” jelas Board Members Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Risti Permani dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/3/2023).
Dia menyebut, walaupun harga sapi bakalan dari Australia mulai stabil di awal 2023 dengan membaiknya persediaan sapi di bagian utara Australia dan iklim yang mendukung, model bisnis yang ada saat ini, di mana importir mendatangkan sapi bakalan yang kemudian harus digemukkan di feedlots.
Selanjutnya dipotong di Indonesia membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tinggi hingga daging sapi mencapai konsumen akhir.
Setelah melalui proses penggemukan dan pemotongan hewan, proses selanjutnya adalah menjual daging sapi yang dihasilkan ke pedagang grosir berskala besar di pasar atau melalui tengkulak yang membantu Rumah Potong Hewan (RPH) untuk mendapatkan pembeli.
Proses ini dilanjutkan dengan menjual daging sapi ke pedagang grosir berskala kecil. Merekalah yang menjual daging sapi ke pedagang eceran di pasar tradisional atau supermarket, sebelum akhirnya sampai di tangan konsumen. Proses panjang ini tentu menimbulkan biaya tambahan yang tidak sedikit.
Oleh sebab itu, Risti menilai, langkah pemerintah untuk mengimpor daging dari negara selain Australia, termasuk daging sapi dari Brazil dan daging kerbau dari India juga masih belum bisa sepenuhnya menstabilkan harga pasar
“Secara umum, pandemi memunculkan penambahan biaya transportasi dan juga penyimpanan. Ditambah dengan kenaikan harga bahan bakar minyak yang membuat ongkos transportasi antar daerah menjadi semakin tinggi,” ujarnya.
Risti menambahkan, fluktuasi harga pangan tentunya merupakan hal yang biasa karena perdagangan pangan tidak lepas dari dinamika pasar berdasarkan produksi, distribusi, dan permintaan. Menjelang Ramadan dan Idul Fitri, jumlah permintaan biasanya akan meningkat dan hal ini perlu diikuti dengan kecukupan pasok sebagai bentuk antisipasi.
Risti menyebut, produksi domestik bisa ditingkatkan dengan mengembangkan sistem produksi dan distribusi daging sapi agar dapat mencapai produktivitas yang optimal guna mengantisipasi lonjakan harga di pasar internasional.
Salah satunya dengan memodernisasi sektor peternakan Indonesia dan meningkatkan kapasitas peternak lokal.
(FAY)