ECONOMICS

Ternyata Ini Alasan Jokowi Akan Tahan Terus Kenaikan Harga BBM

Raka Dwi Novianto 11/03/2022 13:27 WIB

Akibat perang Rusia dengan Ukraina berdampak pada lonjakan harga minyak mentah global di atas USD115 per barel.

Ternyata Ini Alasan Jokowi Akan Tahan Terus Kenaikan Harga BBM (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Akibat perang Rusia dengan Ukraina berdampak pada lonjakan harga minyak mentah global di atas USD115 per barel. Melihat kondisi ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berusaha menahan kenaikan harga BBM di Indonesia.

"Harga jualnya ke masyarakat sudah naik juga. Kita disini masih nahan-nahan, bu menteri (Menteri Keuangan Sri Mulyani), saya nanya gimana bu tahannya sampai berapa hari. Kita nahan-nahan terus," kata Jokowi dalam acara dies natalis ke 46 UNS yang disiarkan secara daring, Jumat (11/3/2022).

Selain minyak, muncul lagi saat ini adanya kelangkaan pangan yang berdampak pada harga pangan dunia yang naik. Menurut Jokowi kenaikan harga salah satunya terjadi pada gandum yang berimbas juga karena perang. Sebab hampir 20 persen lebih gandum berasal dari Ukraina dan Rusia.

"Kalau dilihat angka-angka waduh di Rusia naik 12 persen, di Amerika naik 6,9 persen, Turki 55,6 persen. Alhamdulillah kita masih diangka tiga tapi sampai kapan kita bisa menahan seperti ini," kata Jokowi.

Kelangkaan lainnya, kata Jokowi, yakni kontainer.  Hal tersebut dikarenakan adanya distrupsi yang menjadi langka dan akhirnya harga kontainer naik berkali-kali lipat.

"Dulu naik dua kali, naik tiga kali naik empat kali, naik lima kali artinya apa barang-barang logistik sampai ke konsumen pun karena terbebani olehharga kontainer yang naik menjadi juga dibeli lebih mahal efeknya kemana-mana," kata Jokowi.

Akibat hal tersebut, beberapa negara mengalami kenaikan inflasi. Jokowi pun berpesan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan pihak terkait agar berhati-hati dalam mengelola ekonomi.

"Artinya apa kerja sekarang ini harus kerja detil. Kalau gak detil engga akan menyelesaikan masalah. Untungnya inflasi negara kita masih terkendali dengan baik masih 2,2 persen coba lihat di Turki 48,7 persen, di Amerika tadinya dibawah 1 persen sekarang sudah di 7,5 persen India sudah 6 persen, Rusia sudah 8,7 persen tapi gatau hari -hari ini," kata Jokowi.

"Situasi seperti ini dunia kuncinya menurut saya kuncinya adalah kecepatan berubah dan bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada ini yang akan kita lakukan," tutupnya. (RAMA)

SHARE