Tertekan Inflasi hingga Naiknya Bahan Baku, Laba Nestle 2022 Meleset dari Perkiraan
Nestle, melaporkan laba bersih setahun penuh pada 2022 lebih lemah dari yang diharapkan.
IDXChannel - Salah satu perusahaan fast moving consumer good (FMCG) terbesar, Nestle, melaporkan laba bersih setahun penuh pada 2022 lebih lemah dari yang diharapkan.
Perusahaan FMCG makanan terbesar di dunia ini telah menelan biaya bahan baku yang lebih tinggi dengan menaikkan harga produknya untuk pelanggan.
Perusahaan yang terkenal dengan merek KitKat dan kopi instan Nescafe ini dalam laporan keuangan terbarunya mengatakan laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham turun menjadi 9,3 miliar franc Swiss atau setara USD10,08 miliar. Angka ini meleset dari perkiraan analis sebesar 11,6 miliar franc.
Laba bersih ini turun 45,2% dari setahun sebelumnya. Padahal, perusahaan baru saja memperoleh keuntungan besar dari penjualan sebagian sahamnya di L'Oreal dan karena margin sedikit turun sepanjang tahun.
Penjualan meningkat menjadi 94,4 miliar franc namun meleset dari perkiraan sebesar 95,02 miliar franc. Padahal, sepanjang tahun perusahaan telah menaikkan harga produknya.
Adapun penjualan terbesar masih disumbang dari zona Amerika Utara yang mencapai 26,33 miliar franc dan kedua disumbang zona Eropa dengan penjualan sebesar 19,12 miliar franc dan zona Asia, Ocenia, dan Afrika menyumbang penjualan 18,48 miliar franc. (Lihat tabel di bawah ini.)
Industri barang kemasan ini telah menaikkan harga untuk mengatasi lonjakan biaya terutama kenaikan harga bahan baku mulai dari kakao, minyak bunga matahari hingga gandum.
Industri ini tertekan akibat isu rantai pasokan akibat kenaikan biaya bahan baku dampak konflik geopolitik, yang berdampak pada meroketnya harga energi dan komoditas lainnya.
Menurut Netsle, menaikkan harga sejauh ini merupakan komponen terbesar dari pertumbuhan pendapatan organik, meningkat sebesar 8,2%.
CEO Nestle, Mark Schneider, dalam pernyataan resmi perusahaan mengakui ini merupakan lingkungan yang sulit bagi konsumen.
"Tahun lalu membawa banyak tantangan dan pilihan sulit bagi keluarga, komunitas, dan bisnis. Inflasi melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, tekanan biaya hidup meningkat, dan dampak ketegangan geopolitik dirasakan di seluruh dunia,” katanya.
Adapun dalam menyambut 2023, Nestle mengharapkan pertumbuhan penjualan organik antara 6% hingga 8%. Sementara margin laba operasi diharapkan meningkat 17,0% hingga 17,5%.
Selama setahun kemarin, kinerja saham Nestle juga anjlok 5,9%. Sementara perusahaan ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD325,21 miliar. (TYO)
Periset: Maulina Ulfa