ECONOMICS

Tiga BUMN Berkolaborasi Bangun Proyek Industri Baterai RI

Shifa Nurhaliza 26/02/2021 10:00 WIB

Pemerintah kembali mengungkapkan kolaborasi perusahaan pelat merah dalam membentuk perusahaan raksasa baterai mobil listrik di Indonesia.

Tiga BUMN Berkolaborasi Bangun Proyek Industri Baterai RI. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah kembali mengungkapkan kolaborasi perusahaan pelat merah dalam membentuk perusahaan raksasa baterai mobil listrik di Indonesia.

Adapun ketiga BUMN tersebut yakni PT PLN (Persero) Tbk, PT Inalum (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero) Tbk, yang akan menggandeng LG Energy Solution dan Contemporery Amprex Technologi (CATL) untuk membangun pabrik tersebut.

Dikutip program 2nd Session Closing Market IDX Channel, Kamis (25/2/2021), Proyek ini juga akan melibatkan anak usaha MIND ID yakni PT Aneka Tambang Tbk.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, sampai saat ini sektor komoditas masih menjadi kekuatan Indonesia sehingga ke depan pemerintah ingin agar Indonesia tidak lagi mengandalkan penjualan bahan mentah.

"Ada yang namanya EV Battery, bagaimana policy pemerintah supaya bisa jadi produsen selain jadi market, bisa dijaga salah satunya nikel. Tak mau dikirim ke luar negeri RAW material," pungkasnya.

Sebelumnya kementerian BUMN memang tengah membentuk Indonesia baterai holding untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir.

Perusahaan holding yang terdiri dari empat BUMN yakni Inalum (MIND ID), Aneka Tambang (Antam), Pertamina, dan PLN ini ditargetkan akan terbentuk pada semester pertama tahun ini dengan masing-masing kepemilikan saham 25%. Nantinya, setiap BUMN memiliki keleluasaan untuk dapat berpartisipasi langsung dalam usaha patungan yang dibentuk bersama calon mitra.

Secara keseluruhan, pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir diperkirakan membutuhkan investasi sebesar USD13,4 miliar hingga USD17,4 miliar. Namun pada tahap awal kebutuhan investasi diperkirakan hanya mencapai USD5 miliar hingga USD10 miliar. (TYO)

SHARE