Tingkat Okupansi Hotel di Jatim Belum Merata, Apa Penyebabnya?
Okupansi atau tingkat hunian hotel di Jawa Timur terus menunjukkan tren positif selama di awal 2023.
IDXChannel - Okupansi atau tingkat hunian hotel di Jawa Timur terus menunjukkan tren positif selama di awal 2023.
Kenaikan okupansi ini juga dikarenakan adanya pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh Presiden Joko Widodo di hari-hari akhir 2022.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur Dwi Cahyono menyatakan, kepanikan okupansi hotel-hotel di Jawa Timur sudah cukup baik. Bahkan, hampir sama seperti sebelum pandemi Covid-19.
Berkaca sebelum pandemi Covid-19, okupansi rata-rata hanya mencapai 60 persen.
"Di Jatim secara keseluruhan okupansi 56 persen sudah lumayan sudah hampir balik, sebelum pandemi. Ada beberapa daerah yang jatuh, sebelum pandemi sekitar 60 persen," ucap Dwi Cahyono usai acara pengukuhan Pengurus PHRI BPC Kota Malang, pada Kamis (16/2/2023).
Empat daerah di Jawa Timur yakni Surabaya, Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Banyuwangi, menjadi tingkat okupansi tertinggi. Adanya sejumlah destinasi dari sektor ekonomi dan wisata menjadi salah satu faktor peningkatan okupansi tertinggi.
"Adanya wisata unggulan juga sangat memengaruhi tingkat okupansi," katanya.
Meski demikian, kata dia, masih ada wilayah lain di Jawa Timur seperti Kabupaten Pacitan, yang okupansi hotelnya masih rendah. Hal ini dikarenakan adanya faktor aksesibilitas, jangkauan jarak yang cukup jauh antar wilayah, dan kurangnya destinasi wisata unggulan di daerah tersebut.
"Faktor geografis, aksesibilitas sulit untuk masuknya, daerah-daerah seperti Pacitan sulit untuk itu, ditambah lagi cuaca seperti ini. Adanya wisata unggulan juga sangat memengaruhi tingkat okupansi, kalau diperuntukkan untuk wisatawan luar, luar kota luar provinsi, kalau orang lokal, MICE event, selamatan, enggak ada pengaruhnya," tukasnya.
(YNA)