ECONOMICS

Tingkatkan Nilai Tambah, Kemenperin Ajak Perajin Batik Gunakan Pewarna Alami

Nia Deviyana 16/07/2024 12:34 WIB

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengajak perajin batik untuk mengadopsi bisnis berkelanjutan untuk memberikan nilai tambah pada produk.

Tingkatkan Nilai Tambah, Kemenperin Ajak Perajin Batik Gunakan Pewarna Alami. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengajak perajin batik untuk mengadopsi bisnis berkelanjutan untuk memberikan nilai tambah pada produk. Salah satunya dengan menggunakan pewarna alami

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengatakan fesyen yang berkelanjutan selain diminati konsumen anak muda, juga untuk melawan maraknya produk fesyen impor dan batik printing yang dijual dengan harga murah.

"Oleh karena itu, kami terus menggaungkan pentingnya pengenalan teknik fesyen yang berkelanjutan, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan pewarna alam untuk industri batik," kata Reni di Jakarta, Selasa (16/7/2024).

Reni mengatakan, pelaku IKM batik harus semakin adaptif tanpa mengesampingkan pakem sejarah pembuatannya dan dampak yang ditimbulkan. 

"Saat ini memang merupakan era untuk lebih memaksimalkan penggunaan pewarna alam yang dapat memberikan nilai tambah pada batik, sekaligus untuk menekan kerusakan lingkungan," kata dia.

Reni mengajak IKM batik beralih ke  konsep fesyen yang inklusif dan berkelanjutan (sustainable fashion).

Konsep ini, lanjut Reni, mengedepankan nilai-nilai dari seluruh aspek atau pihak yang terlibat dalam industri tersebut, baik aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dirjen IKMA juga menyampaikan bahwa perkembangan gaya hidup sehat dan tren penggunaan produk yang ramah lingkungan semakin digandrungi oleh para generasi muda, khususnya generasi millenial dan generasi Z.

“Berbagai gaya hidup sehat, aktivitas olahraga, dan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan telah menjadi budaya generasi muda yang juga harus diperhatikan oleh para pelaku industri,” tuturnya.

Dalam konteks industri batik, konsep tersebut bisa diaplikasikan di berbagai rantai pasok, misalnya di sektor produksi (hulu) yaitu dengan menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan. Sementara di sektor hilir, yaitu dengan memanfaatkan limbah sisa produksi fesyen.

"Kami terus mengenalkan industri batik yang ramah lingkungan kepada IKM batik binaan Ditjen IKMA, sehingga dapat menekan jumlah limbah padat dan cair dari industri pakaian dan tekstil," ujar Reni.

(NIA)

SHARE