ECONOMICS

Transaksi Business Matching UMKM Tembus Rp1,46 Triliun Sepanjang Januari-Juli 2025

Nia Deviyana 12/08/2025 23:30 WIB

Business matching menjadi jembatan agar UMKM tidak sebatas mengenal pasar global, tetapi juga mampu mencatatkan transaksi yang nyata dengan buyer luar negeri.

Transaksi Business Matching UMKM Tembus Rp1,46 Triliun Sepanjang Januari-Juli 2025. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Program penjajakan bisnis (business matching) ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diinisiasi Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatatkan transaksi kumulatif USD90,04 juta atau setara dengan Rp1,46 triliun selama tujuh bulan berlangsung.

Nilai tersebut terdiri atas pesanan pembelian (purchase order/PO) sebesar USD55,09 juta dan potensi transaksi sebesar USD34,95 juta. Business matching tersebut merupakan bagian dari Program UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor).

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi menyampaikan, UMKM BISA Ekspor akan terus berjalan sebagai langkah strategis mempertemukan UMKM Indonesia dengan calon buyer luar negeri secara langsung dan terarah.

"Business matching menjadi jembatan penting agar pelaku UMKM tidak sebatas mengenal pasar global, tetapi juga mampu mencatatkan transaksi yang nyata dengan buyer luar negeri," ujar Puntodewi melalui keterangan tertulis, Selasa (12/8/2025).

Sepanjang Januari-Juli 2025, Kemendag melalui 46 perwakilan perdagangan (perwadag) RI di 33 negara mitra dagang telah memfasilitasi 410 kegiatan business matching yang diikuti oleh 773 UMKM berbeda. 

Kegiatan tersebut terdiri atas 268 sesi kurasi produk oleh perwadag RI (pitching) dan 142 sesi pertemuan langsung antara pelaku UMKM dan buyer potensial di negara tujuan ekspor.

Sementara itu, khusus Juli 2025, total transaksi business matching mencapai USD2,99 juta yang terdiri atas PO senilai USD2,39 juta dan potensi transaksi USD600 ribu. Telah terlaksana pula 45 kegiatan business matching yang terdiri atas 27 pitching dan 18 pertemuan dengan buyer, dengan cakupan produk meliputi ikan bandeng, minyak sawit, telur, permen dan makanan manis (confectionery), kosmetik, kopi, dekorasi rumah, kertas, dan makanan dan minuman olahan lainnya.

Puntodewi mengatakan, Kemendag berkomitmen untuk terus memperluas cakupan kegiatan business matching dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif. Harapannya, kegiatan ini dapat menjangkau lebih banyak pelaku usaha dan buyer potensial di masa mendatang.

"Keberlanjutan komitmen pelaksanaan business matching khusus bagi eksportir perempuan juga turut membuktikan dukungan Kemendag bagi peningkatan peran perempuan dalam perdagangan internasional," kata Puntodewi.

Cara Ikut Serta

Menurut Puntodewi, selain melalui Pembina UMKM, program UMKM BISA Ekspor juga terbuka bagi semua UMKM, baik yang telah berorientasi ekspor maupun baru ingin menjajaki peluangnya di pasar luar negeri.

Untuk ikut serta dalam UMKM BISA Ekspor, pelaku UMKM diharapkan telah memiliki legalitas usaha seperti Nomor Induk Berusaha (NIB), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan, dan dokumen pendukung lainnya seperti sertifikasi yang relevan sesuai karakteristik produknya, kapasitas produksi yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar, serta penggunaan kemasan produk yang memenuhi standar pasar ekspor. 

UMKM yang berminat mengikuti kegiatan ini dapat mendaftar melalui platform InaExport di laman https://www.inaexport.id/.

Secara umum, ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-Juni 2025 tercatat mencapai USD128,39 miliar, naik 8,96 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). 

Produk ekspor nonmigas utama Indonesia di antaranya adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya (HS 15) sebesar USD15,89 miliar dengan pangsa 12,37 persen, batu bara (HS 27) sebesar USD15,33 miliar (11,94 persen), serta besi dan baja (HS 72) sebesar USD13,79 miliar (10,74 persen).

Negara tujuan ekspor utama adalah China yang sebesar USD29,31 miliar dengan pangsa 22,83 persen, Amerika Serikat USD14,79 miliar (11,52 persen), dan India USD8,97 miliar (6,99 persen).

(NIA DEVIYANA)

SHARE