ECONOMICS

Transisi Jangan sampai Bikin Harga Energi Jadi Mahal

Nia Deviyana 24/11/2022 19:48 WIB

KTT G20 menghasilkan 52 poin kesepakatan, di mana 38 di antaranya merupakan kesepakatan mengenai transisi energi.

Transisi Jangan sampai Bikin Harga Energi Jadi Mahal. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 menghasilkan 52 poin kesepakatan, di mana 38 di antaranya merupakan kesepakatan mengenai transisi energi.

Dalam menerapkan kebijakan transisi energi, setiap negara memiliki caranya masing-masing, menyesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyampaikan beberapa catatan penting mengenai kesepakatan antara Indonesia dan negara lain terkait transisi energi pada penyelenggaraan KTT G20.

Dia mengingatkan, transisi energi jangan sampai membawa dampak mahalnya harga energi di masa depan yang akan memberatkan masyarakat menengah ke bawah.

"Terutama masyarakat menengah ke bawah, yang kita tahu kalau ada tarif baru dan sebagainya sensitif ke mereka dan berdampak kepada daya beli mereka," ujarnya dalam IG Live IDXChannel bertajuk 'Dampak Presidensi G20 Bagi Ekonomi RI', dikutip Kamis (24112022).

Tauhid menilai transisi energi menggunakan teknologi baru dapat mengurangi jumlah emisi dibandingkan menggunakan teknologi lama.

Sementara itu, perusahaan swasta dinilai bakal lebih mudah dalam menjalankan proyek tersebut dibandingkan perusahaan milik negara yang harus memenuhi standar regulasi.

"Karena mereka memiliki sumber daya dan juga katakanlah peluang untuk melakukan secara lebih jelas pada level yang implementatif ya, kalau menunggu pemerintah kan kita buat dasar hukumnya dulu, masukkan kerangka perencanaan, anggaran, baru bisa implementasi," jelasnya.

G20 juga menghasilkan kesepakatan energy transition plan yang membutuhkan dana sebesar USD200 miliar atau setara dengan Rp300 triliun. Kesepakatan ini diharapkan mendorong Indonesia mengurangi penggunaan energi batu bara.

Namun dalam transisi energi, tentunya harus dilakukan secara bertahap.

“Saya kira itu harus dilakukan secara bertahap, karena kita enggak mungkin tau-tau batu bara yang penggunaannya 30% dari pembangkit listrik kita tiba-tiba hilang. Oleh karena itu perlu ada transisi ramah teknologi," pungkas Tauhid. (NIA)

Penulis: Ahmad Dwiantoro

SHARE