Trump Akan Naikkan Tarif Impor ke China, Ini Dampaknya buat Indonesia
Indonesia diyakini meraup untung di balik rencana kebijakan Presiden AS, Donald Trump yang akan mengenakan tarif impor ke China mulai awal Februari 2025.
IDXChannel - Indonesia diyakini meraup untung di balik rencana kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang memberlakukan kenaikan tarif impor bagi sejumlah negara, termasuk China secara bertahap.
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso mengatakan, kebijakan Donald Trump soal bea masuk tambahan bagi China dan negara lainnya justru membuka peluang bagi Indonesia untuk menggenjot kinerja ekspor ke AS.
“Pokoknya isunya kan negara lain akan dikenakan bea masuk tambahan, justru ini sebenarnya keputusan buat kita untuk masuk,” ujar Budi saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Rabu (22/1/2025).
Sekalipun AS masih menunda kebijakan tersebut dan rencananya diberlakukan di awal Februari 2025, Budi mengaku, Kemendag sudah mengumpulkan sejumlah pelaku usaha untuk membahas strategi ekspor ke depan. Soal ini, dia enggan menjabarkan lebih detailnya.
“Kemarin kita juga sudah ketemu pelaku usaha bagaimana strateginya. Jadi justru kita cari kesempatan yang bagus,” tutur Budi.
Diberitakan sebelumnya, Trump masih membahas penerapan tarif 10 persen bagi China. Otoritas AS menargetkan regulasi ini dapat direalisasikan pada 1 Februari tahun ini.
Trump memang menyerukan kebijakan perdagangan America First, yang menginstruksikan lembaga federal untuk menyelidiki praktik perdagangan yang tidak adil oleh negara lain sambil meninjau perjanjian perdagangan saat ini.
Perintah Trump memicu spekulasi bahwa dia masih akan mengenakan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap negara-negara ekonomi utama, khususnya China. Hal ini terjadi bahkan ketika Trump mengadakan dialog positif dengan mitranya, yakni Xi Jinping minggu lalu.
Peningkatan tarif perdagangan dapat mengganggu perdagangan global, dan memicu tindakan balasan dari negara-negara ekonomi utama, yang memicu perang dagang global baru antara AS dan negara-negara ekonomi utama lainnya.
Namun, China diperkirakan akan membuka lebih banyak stimulus dalam menghadapi perang dagang AS, yang dapat meningkatkan pertumbuhan lokal.
(Fiki Ariyanti)