ECONOMICS

Trump Ancam Kenakan Tarif pada 14 Negara Mulai Agustus

Kunthi Fahmar Sandy 08/07/2025 06:20 WIB

Trump berencana untuk mengenakan sejumlah tarif pada barang-barang yang masuk ke AS dari 14 negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan.

Trump Ancam Kenakan Tarif pada 14 Negara Mulai Agustus (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Presiden Donald Trump mengatakan bahwa ia berencana untuk mengenakan sejumlah tarif pada barang-barang yang masuk ke AS dari 14 negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan.

Dilansir dari laman BBC Selasa (8/7/2025), prningkatan terbaru pada perdagangan global oleh Trump terjadi saat jeda 90 hari yang ditetapkan Gedung Putih pada beberapa pajak impor akan segera berakhir.

Presiden mengumumkan rencana untuk mengenakan pajak sebesar 25 persen pada produk-produk yang masuk ke negara tersebut dari Jepang dan Korea Selatan dan membagikan sejumlah surat lainnya kepada para pemimpin dunia dan memperingatkan tentang tarif yang akan dimulai 1 Agustus.

Tarif yang lebih tinggi telah ditetapkan untuk mulai berlaku 9 Juli, setelah sebelumnya ditangguhkan para pejabat Gedung Putih.

Pada Senin, Trump membagikan surat yang ditujukan kepada para pemimpin 14 negara di media sosial, memberi tahu mereka tentang rencana tarif terbarunya, sambil menambahkan bahwa tarif tersebut dapat dimodifikasi naik atau turun, tergantung pada hubungan AS dengan negara tersebut.

Sebagian besar tarif yang diuraikan oleh Trump secara garis besar sama dengan yang telah diajukannya pada bulan April, ketika ia membuat pengumuman "Hari Pembebasan", yang mengancam tarif pajak baru atas barang-barang dari berbagai negara.

Presiden berpendapat bahwa penerapan tarif akan melindungi bisnis Amerika dari persaingan asing dan juga meningkatkan manufaktur dan lapangan kerja dalam negeri. Namun, para ekonom mengatakan tindakan tersebut akan menaikkan harga di AS dan mengurangi perdagangan. Tiga indeks saham utama di AS merosot pada hari Senin, dengan saham Toyota yang terdaftar di AS turun 4 persen.

Jepang mengirim lebih dari USD148 miliar barang ke AS tahun lalu, menjadikannya pemasok impor terbesar kelima bagi Amerika, setelah Uni Eropa (UE), Meksiko, China, dan Kanada, menurut data perdagangan AS.  Korea Selatan juga masuk dalam 10 besar.

Selain Korea Selatan dan Jepang, Trump pada hari Senin menetapkan rencana tarif 40 persen untuk barang dari Myanmar dan Laos, tarif 36 persen untuk barang dari Thailand dan Kamboja, tarif 35 persen untuk barang dari Serbia dan Bangladesh, tarif 32 persen untuk Indonesia, tarif 30 persen untuk barang dari Afrika Selatan, dan tarif 25 persen untuk barang dari Malaysia dan Tunisia.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan lebih banyak surat akan menyusul dalam beberapa hari ke depan. Namun ia membantah anggapan bahwa perubahan batas waktu tarif dari 9 Juli ke 1 Agustus dapat mengurangi kekuatan ancaman Trump.

"Saya dapat memberi tahu Anda, telepon presiden terus berdering dari para pemimpin dunia yang memohon kepadanya untuk mencapai kesepakatan," katanya. Ketika presiden pertama kali mengumumkan serangkaian tarif tinggi pada bulan April, kekacauan terjadi di pasar keuangan, yang menyebabkan presiden menangguhkan beberapa bea masuk tertinggi untuk memungkinkan perundingan, sambil tetap memberlakukan pungutan sebesar 10 persen.

Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan bahwa ia memperkirakan beberapa hari akan sibuk. "Banyak orang mengubah nada bicara mereka dalam hal negosiasi. Jadi kotak surat saya penuh tadi malam dengan banyak penawaran baru, banyak proposal baru," katanya.

Trump awalnya menggambarkan tarif April-nya sebagai timbal balik, mengklaim bahwa tarif tersebut diperlukan untuk melawan aturan perdagangan negara lain yang menurutnya tidak adil bagi ekspor AS. Lalu ia secara terpisah mengumumkan tarif untuk sektor-sektor utama, seperti baja dan mobil, dengan alasan masalah keamanan nasional, dan mengancam akan menaikkan pungutan untuk barang-barang lain, seperti farmasi dan kayu.

Kebijakan berlapis-lapis ini telah memperumit pembicaraan perdagangan, dengan tarif mobil menjadi poin penting dalam negosiasi dengan Jepang dan Korea Selatan.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE