Tugas Besar Danantara: Susunan Pengurus Diumumkan, Eksekusi Jadi Kunci
Danantara mengumumkan jajaran pengurus, target kelola aset USD 900 miliar. Eksekusi investasi jadi kunci capai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.
IDXChannel - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) resmi mengumumkan susunan Dewan Penasihat serta jajaran Direktur Pelaksana (Managing Directors) yang akan menjalankan tugasnya, Senin (24/3/2025).
Dalam jajaran Dewan Penasihat, terdapat sejumlah tokoh ternama di tingkat internasional. Di antaranya, Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates, salah satu hedge fund terbesar di dunia; serta Jeffrey Sachs, ekonom asal Amerika Serikat yang juga Guru Besar di Universitas Columbia.
Nama lainnya adalah F. Chapman Taylor, retired partned di Capital Group, perusahaan manajer investasi dengan dana kelolaan mencapai USD2,7 triliun atau sekitar Rp4.428 kuadriliun (kurs Rp16.400 per USD). Terakhir, Helman Sitohang, Senior Adviser di Blackstone Inc dan mantan CEO Credit Suisse untuk Asia Pasifik.
Dalam jajaran Managing Directors, terdapat beberapa nama, di antaranya Arief Budiman, yang sebelumnya menjabat sebagai Deputy CEO Indonesia Investment Authority (INA), serta Lieng Seng Wee, CEO & Founder Dragonfly LLC.
Nama lainnya adalah Ali Setiawan, Managing Director sekaligus Head of Global Markets & Securities Services di HSBC Indonesia, serta Reza Yamora Siregar, yang sebelumnya menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, pengumuman susunan pengurus Danantara mendapat respons positif dari pasar.
"Dari pengumuman ini, terlihat market merespons positif dengan pergerakan yang rebound, sehingga IHSG ditutup melemah sekitar 1 persen dari sebelumnya minus 4,5 persen [pada Senin]," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, Danantara akan lebih mudah mendapatkan pendanaan. "Karena [Danantara] otomatis akan mendapat dana dari kepemilikan saham-saham BUMN yang kemarin sudah terjadi proses transfer.
Contohnya, kata Michael, dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST terbaru, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memutuskan membagikan dividen final sebesar Rp208 per saham, yang berarti Danantara akan menerima sekitar Rp17 triliun nantinya.
Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan utama bagi Danantara adalah bagaimana dana tersebut dikelola.
"Tanggung jawab yang diemban amat besar karena peruntukan dana ini haruslah menghasilkan return [imbal hasil] yang baik. Jika diinvestasikan di tempat yang salah, kepercayaan publik bisa semakin menurun,” ujarnya.
Sementara, analis Kiwoom Sekuritas Abdul Aziz menilai sejumlah nama di Dewan Penasihat dan Direktur Pelaksana memiliki rekam jejak yang baik dalam bidang investasi dan profesional. Semuanya, termasuk yang warga negara asing juga dinilai memiliki hubungan kedekatan dengan banyak menteri, konglomerat, dan para eksekutif perusahaan besar.
"Dengan hubungan baik Ray Dalio, Jeffrey Sach, Chapman Taylor dengan Indonesia selama ini, maka kehadiran ketiganya akan memperkuat citra positif di Danantara ke depan," ujarnya.
Selain itu, kata Azis, pengalaman profesional yang panjang dari para Dewan Penasihat juga akan memberikan Danantara sebuah transformasi ilmu dan pengetahuan untuk menghadirkan sebuah Sovereign Wealth Fund (SWF) yang transparan, berintegritas, menguntungkan serta mendukung kemajuan Indonesia.
"Publik akan berharap banyak terhadap nama Chapman Taylor, Ray Dalio dan Jeffrey Sachs. Tentu sebuah kesempatan yang langka bagi Danantara bisa menghadirkan ketiga nama ini menjadi Dewan Penasihat," ujarnya.
Selanjutnya, di deretan nama Managing Director juga dikenal memiliki rekam jejak baik. Meskipun sebagian nama tidak dikenal dekat oleh publik, namun hal tersebut biasa terjadi karena seorang profesional di bidang keuangan lebih banyak low profie.
“Namun para pengusaha hingga eksekutif di Indonesia tentu mengenal nama-nama Managing Directors ini dengan baik. Dan sepanjang ini mereka dikenal memiliki rekam jejak yang baik, dan memiliki prestasi profesional,” ujarnya.
Dalam memperkenalkan jajaran eksekutifnya pada Senin, Kepala BP Danantara Indonesia Rosan Perkasa Roeslani bercerita tentang lobi-lobi panjang dalam meyakinkan para profesional itu agar mau bergabung ke Danantara.
“Dengan melewati serangkaian diskusi offline dan online, mereka ini akhirnya mau mempertaruhkan risiko pribadi untuk membantu Danantara. Kalau mereka tidak percaya dengan visi misi dan masa depan Danantara, mereka tentu berfikir ulang untuk ikut bergabung,” kata Rosan.
Serangkaian diskusi panjang itu terlaksana setelah mereka terpilih oleh lembaga head hunter global. Salah satu rayuan maut yang dilontarkan ke para profesional ini adalah menagih komitmen mereka untuk mengabdi dan memajukan Indonesia.
“Kalau investor sekelas Chapman Taylor, Roy Dalio dan Jeffrey Sachs saja mau bergabung, masak talenta talenta terbaik kita sendiri tidak mau join,” ujarnya.
Danantara, yang diluncurkan bulan lalu, menjadi kendaraan utama Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029. Lembaga ini akan mengelola seluruh saham perusahaan negara dan menginvestasikan kembali dividen yang diperoleh ke berbagai proyek komersial.
Dalam jangka panjang, Danantara diproyeksikan mengelola aset senilai lebih dari USD900 miliar. Pemerintah bahkan menyebutnya sebagai versi Indonesia dari Temasek, lembaga investasi milik Singapura.
Pada tahap awal, Danantara akan mengalokasikan dana sebesar USD20 miliar untuk sejumlah sektor strategis, termasuk hilirisasi sumber daya alam (SDA), pengembangan kecerdasan buatan (AI), serta ketahanan energi dan pangan. (Aldo Fernando)