ECONOMICS

Turbulensi Pesawat Singapore Airlines, Babak Baru Problem Keselamatan Boeing?

Maulina Ulfa 22/05/2024 12:10 WIB

Insiden yang menimpa Singapore Airlines kemarin menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran penumpang.

Turbulensi Pesawat Singapore Airlines, Babak Baru Problem Keselamatan Boeing? (Foto: Singapore Airlines)

IDXChannel - Penerbangan maskapai Singapore Airlines (SIA) dari London ke Singapura mengalami turbulensi parah yang mengakibatkan satu penumpang dilaporkan tewas dan beberapa mengalami luka-luka.

Insiden yang menimpa Singapore Airlines kemarin menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran penumpang.

Pasalnya, Singapore Airlines dinobatkan sebagai Maskapai Penerbangan Terbaik Dunia pada World Airline Awards 2023. Di urutan kedua, ada maskapai Qatar Airways dan ANA All Nippon Airways di peringkat ke tiga.

Secara kinerja keuangan, Singapore Airlines membukukan total pendapatan jumbo sebesar SGD19,01 miliar yoy (setara USD14,1 miliar) dan laba operasional sebesar SGD2,73 miliar yoy (setara USD2,02 miliar ) pada tahun fiskal 2023/2024.

Maskapai berbasis Singapura ini mengantongi laba bersih sebesar SGD2,68 miliar (USD1,98 miliar) secara tahunan (yoy).

Dengan demikian, terjadi peningkatan tahun sebesar 7,0 persen untuk pendapatan, 1,3 persen untuk laba operasioal dan 24 persen kenaikan untuk laba bersih. (Lihat tabel di bawah ini.)

 

Maskapai ini mengangkut 36,44 juta penumpang pada periode yang sama, naik 37,6 persen dibandingkan tahun finansial sebelumnya dengan tingkat muatan penumpang sebesar 88 persen, naik 2,6 poin persentase dibandingkan tahun lalu (yoy).

Untuk kinerja saham, Singapore Airlines yang melantai di Bursa Singapura mencatatkan kenaikan 3,36 persen sepanjang tahun ini (YTD) hingga 21 Mei 2024 di level SGD6,76 per saham.

Kotak Pandora Skandal Keselamatan Boeing

Turbulensi yang dialami pesawat Singapore Airlines menambah daftar panjang gangguan pesawat yang dialami oleh produk-produk buatan Boeing. Pasalnya, pesawat yang dugunakan dalam pendaratan darurat adalah jenis Boeing 777-300 ER. 

Berdasarkan situs resmi perusahaan, Singapore Airlines juga menggunakan pesawat Boeing 787-10, Boeing 737-800 NG, Boeing 737-8, Airbus A350-900, Airbus A380-800.

“Kami dapat memastikan bahwa ada korban luka dan satu korban jiwa di dalam pesawat Boeing 777-300ER tersebut. Total ada 211 penumpang dan 18 awak di dalamnya,” kata SIA dalam unggahan di akun Facebook, dikutip dari laman Channel News Asia, pada Selasa (21/5/2024).

Sebelumnya, raksasa penerbangan berbasis Amerika Serikat (AS), The Boeing Company sempat menghadapi tekanan usai insiden yang menimpa maskapai Alaska Airlines Boeing 737 MAX 9 pada awal Januari 2024.

Kasus ini menjadi sorotan setelah pada 5 Januari 2024, pesawat Boeing 737 MAX-9 milik Alaska Airlines yang terbang dari Portland ke Ontario, California terpaksa melakukan pendaratan darurat di Oregon setelah penutup pintu meledak di tengah penerbangan.

Kondisi ini menyebabkan dekompresi yang cepat meskipun tidak ada seorang pun yang duduk di samping pintu yang rusak. Selain itu, pilot dapat mendaratkan pesawat tanpa ada penumpang yang terluka.

Namun insiden tersebut membuka kotak Pandora pertanyaan dan ketidakpercayaan terhadap keselamatan pesawat Boeing.

Di tengah karut marut isu keselamatan, CEO Boeing Dave Calhoun malah mengumumkan akan mengundurkan diri pada akhir 2024. 

Pada 2019, Calhoun diangkat sebagai CEO setelah dua kecelakaan yang menewaskan hampir 350 orang. Salah satu kecelakaan bahkan terjadi di Indonesia.

Di tahun tersebut, insiden kecelakaan pesawat menimpa Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air berkode penerbangan JT610 rute Jakarta-Pangkalpinang.

Pesawat ini jatuh beberapa saat setelah lepas landas di Laut Jawa, menewaskan seluruhnya 181 penumpang dan 8 kru.

Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pilot sempat melaporkan adanya gangguan pada kendali pesawat, indikator ketinggian, dan indikator kecepatan. Kerusakan ini terkait dengan maneuvering characteristic augmentation system (MCAS).

MCAS adalah fitur yang baru ada di Boeing 737 MAX 8 untuk memberbaiki karakteristik anggok pesawat pada kondisi flap up, manual flight dan AOA tinggi.

"Proses investigasi menemukan bahwa desain dan sertifikasi fitur ini tidak memadai. Juga pelatihan dan buku panduan untuk pilot tidak memuat informasi terkait MCAS," terang KNKT.

Sebelumnya, maskapai Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SQ321 itu meninggalkan Bandara Heathrow London pada pukul 22.38 waktu setempat pada hari Senin.

Dikarenakan mengalami turbulensi parah, pesawat itu kemudian mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi pada pukul 15.45 waktu setempat (16.45 waktu Singapura).

Singapore Airlines menyatakan prioritas manajemen saat ini adalah memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada seluruh penumpang dan awak pesawat.

“Kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat di Thailand untuk memberikan bantuan medis yang diperlukan, dan mengirimkan tim ke Bangkok untuk memberikan bantuan tambahan yang diperlukan,” jelas manajemen.

Pihak Boeing sebelumnya mengatakan pihaknya telah menghubungi SIA dan siap memberikan dukungan.

“Kami tengah menjalin kontak dengan Singapore Airlines mengenai penerbangan SQ321 dan siap mendukung mereka. Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai, dan pikiran kami tertuju pada penumpang dan awak,” kata Boeing dalam sebuah pernyataan, Selasa (21/5).

SHARE