Tutup Divisi Halo, Amazon Bakal Lakukan PHK Massal
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS), Amazon.com Inc bakal melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal.
IDXChannel - Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS), Amazon.com Inc bakal melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal. Hal ini terjadi karena perusahaan memutuskan menutup divisi Halo yang menjual pelacak kesehatan dan tidur.
Sebelumnya, perusahaan sudah melakukan PHK kepada 18.000 karyawannya. Keputusan ini tentunya bakal menambah tingkat pengangguran di Amerika dan Kanada.
Perusahaan mengatakan akan berhenti mendukung layanan Halo mulai 31 Juli, dan akan sepenuhnya mengembalikan pembelian perangkat Halo yang dilakukan dalam 12 bulan sebelumnya. Selain itu, perusahaan juga akan melakukan PHK terhadap beberapa karyawan yang bekerja pada divisi tersebut.
"Kami akan memberitahu karyawan yang terkena dampak di AS dan Kanada hari ini," tulis perusahaan dalam sebuah blog dilansir Reuters, Kamis (27/4/2023).
Perusahaan telah memperkenalkan produk ‘Halo Band’ melalui divisi Halo pada tahun 2020. Itu merupakan produk pelacak kebugaran yang dilengkapi dengan beberapa layanan berlangganan mengenai pemantauan dan analisis kesehatan tertentu dari Amazon. Perusahaan kemudian merilis versi baru yang disebut Halo View dan Halo Rise, yakni produk pelacak tidur tanpa kontak dan jam alarm pintar.
Seperti perusahaan teknologi Apple Inc dan Alphabet Inc's, Amazon telah berinvestasi dalam teknologi pelacakan kesehatan untuk konsumen, kadang-kadang menarik pengawasan peraturan untuk informasi sensitif yang ingin dikumpulkan, seperti persentase lemak tubuh melalui gelang kebugarannya.
Sebelumnya, perusahaan telah melakukan berbagai putaran PHK. Pada bulan Januari, perusahaan melakukan PHK terhadap 18.000 karyawan. Divisi perangkat keras (hardware) Amazon terdampak pada putaran pertama tersebut, dengan fokus kuat pada tim Alexa/Echo. Perusahaan kembali mengumumkan PHK terhadap 9.000 karyawan di bulan Maret sebagai bagian dari upaya penghematan kedua.
“Mengingat ekonomi yang tidak pasti, kami memilih untuk lebih efisien dalam biaya dan jumlah karyawan kita." tulis CEO Amazon Andy Jassy dalam sebuah catatan kepada karyawannya pada bulan lalu. (RRD)