Ukraina Tuding Rusia Hambat Ekspor Gandum ke Asia dan Eropa
Ukraina menuding Rusia sebagai dalang terhambatnya proses pengiriman biji-bijian menuju Asia dan Eropa dari pelabuhan Laut Hitam.
IDXChannel - Ukraina menuding Rusia sebagai dalang terhambatnya proses pengiriman biji-bijian menuju Asia dan Eropa dari pelabuhan Laut Hitam.
“Rusia sengaja menghalangi realisasi penuh Grain Initiative. Akibatnya, pelabuhan (Ukraina) ini dalam beberapa hari terakhir hanya berfungsi 25-30 persen dari kapasitasnya,” kata Kementerian Infrastruktur Ukraina seperti dilansir dari Reuters, Senin (24/10/2022).
Adapun ekspor tersebut dilandasi oleh kesepakatan pengiriman biji-bijian Laut Hitam yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli lalu. Perjanjian ini membuka kesempatan bagi Ukraina untuk melanjutkan ekspornya dari pelabuhan Laut Hitam.
Ukraina sempat ingin melakukan pembaruan kesepakatan namun mereka ragu apakah Rusia akan menyetujui perpanjangan di luar batas 19 November, apalagi setelah Rusia menyampaikan keluhan implementasinya.
Duta besar Rusia untuk PBB di Jenewa, Gennady Gatilov mengatakan telah mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres yang berisi keluhan.
Pada hari Minggu (23/10/2022) kemarin, kapal-kapal termasuk yang disewa oleh Program Pangan Dunia PBB telah membawa 40.000 ton gandum dari Chornomorsk menuju Yaman. Hal ini disambut baik oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
"Sangat penting bahwa hari ini kapal keenam berlayar dari pelabuhan kami dengan bahan makanan yang disewa dalam konteks Program Pangan Dunia PBB," kata Zelensky dikutip dari Reuters, Senin (24/10/2022).
Sejak 1 Agustus lalu kesepakatan biji-bijian terjadi di Istanbul dan menghasilkan 380 kapal yang membawa 8,5 juta ton bahan makanan dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina ke negara Afrika, Asia, dan Eropa.
Namun yang memprihatinkan adalah waktu tunggu kapal yang berkurang karena jumlah inspeksi yang juga lebih sedikit dari 12 inspeksi. Hal ini membuat koridor gandum menjadi sangat tidak stabil.
Berkat kesepakatan itu, dapat meredakan krisis pangan dunia terlebih karena banyaknya pengirim yang bergabung dalam misi tersebut.
(DES/ Ribka Christiana)