ECONOMICS

Vaksin GX-19N Diklaim Kuat Hantam Varian Baru Covid-19

Muhammad Sukardi 09/07/2021 18:30 WIB

Peneliti Indonesia siap memulai uji klinik fase 2b/3 vaksin GX-19N produksi Genexice. Vaksin DNA tersebut diklaim akan memberi harapan baru.

Ilustrasi vaksinasi Covid-19

IDXChannel - Peneliti Indonesia yang diketuai Prof Iris Rengganis siap memulai uji klinik fase 2b/3 vaksin GX-19N produksi Genexice. Vaksin DNA tersebut diklaim akan memberi harapan baru bagi pengentasan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Vaksin GX-19N diklaim cukup kuat melawan segala varian baru, membentuk Sel T dalam tubuh dengan cukup kuat, dan pastinya aman. Klaim tersebut baru akan diketahui kebenarannya setelah 6 bulan masa uji klinis dimulai dari akhir Juli 2021.

"Uji klinis vaksin GX-19N ini akan dimulai akhir Juli 2021 dan diharapkan data lengkapnya sudah bisa diketahui 6 bulan setelah uji klinis dimulai," kata Prof Iris, dalam keterang pers virtual, Jumat (9/7/2021).

Apa alasan vaksin GX-19N ini cukup kuat melawan varian baru Covid-19?

Dijelaskan Prof Iris dalam presentasi ilmiahnya bahwa vaksin GX-19N berpotensi memberikan perlindungan terhadap bagian dari virus yang jarang bermutasi, karena GX-19N tidak hanya menginduksi respons sel T spesifik terhadap protein Spike, tetapi juga menginduksi respons sel T spesifik protein Nukleokapsid yang lebih sedikit dialami mutasi dari waktu ke waktu.

"Dengan begitu, bisa dikatakan bahwa vaksin GX-19N ini diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap varian-varian baru Covid-19," tulis peneliti di presentasinya.

Ia pun bicara mengenai efek samping dari vaksin GX-19N yang diketahui sejauh ini, yaitu gejala ringan hingga sedang yang akan hilang dalam 3 hari pascavaksinasi. Ini juga mengartikan bahwa vaksin DNA tersebut dinilai cukup aman untuk diberikan.

"Harapan kami ialah antibodi yang dihasilkan dari vaksin GX-19N dapat bertahan lebih lama, enggak hanya menghasilkan peningkatan neutralizing antibody tapi sel T karena ini yang bikin antibodinya lama di dalam tubuh. Tapi, untuk lebih jelasnya nanti dilihat dari hasil penelitiannya, ya," tambah Prof Iris. (NDA) 

SHARE