Wajib Simak! Ini Kendala Utama Lulusan Fresh Graduate Bersaing di Bursa Kerja
Dari total jumlah tersebut, sebanyak tujuh persen diantaranya merupakan lulusan perguruan tinggi.
IDXChannel - Kondisi pandemi COVID-19 terbukti telah mengubah wajah perekonomian nasional, dan bahkan dunia. Tersendatnya kinerja berbagai sektor industri mau tidak mau menjadi tantangan bagi pemilik usaha untuk memutar otak agar perusahaannya dapat tetap bertahan di tengah tekanan yang terjadi.
Kondisi ini membuat ketersediaan lowongan kerja sepanjang pandemi menjadi semakin terbatas, sementara penambahan jumlah tenaga kerja yang baru saja lulus (fresh graduate) dari bangku kuliah sama sekali tidak berkurang, dan bahkan cenderung bertambah dari waktu ke waktu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya, angka pengangguran di Indonesia pada 2021 memang menurun sebanyak 2,6 juta orang. Namun jumlah itu masih terlalu sedikit dibanding jumlah penduduk yang belum bekerja, yang tercatat mencapai 8,75 juta orang. Dari total jumlah tersebut, sebanyak tujuh persen diantaranya merupakan lulusan perguruan tinggi.
"Kondisi ini membuat persaingan kerja di level lulusan baru (fresh graduate) semakin ketat. Tidak hanya karena jumlah lowongan yang terbatas, tapi juga kesenjangan kompetensi antara yang dibutuhkan dengan yang dimiliki oleh para lulusan baru," ujar CEO sekaligus Co-Founder Kinobi, Benjamin Wong, dalam keterangan resminya, Senin (6/6/2022).
Kesenjangan kompetensi tersebut, menurut Benjamin, dapat terjadi seiring dengan minimnya akses bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi seputar pengembangan karier dan juga hal-hal yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
"Hal yang simpel saja, misalnya, para lulusan baru rata-rata bahkan tidak tahu konten apa saja yang perlu mereka cantumkan dalam resume atau CV (curriculum vitae) saat melamar kerja. Mereka tidak tahu perusahaan ini butuh informasi apa saja terkait kompetensi mereka. Akhirnya, karena (CV) tidak sesuai, jadi tidak diterima (kerja). Ini kondisinya," tutur Benjamin.
Guna mengatasi hal tersebut, Benjamin pun menyebut perlunya upaya sinergi dan kolaborasi seluruh stakeholders untuk merumuskan sistem dan konsep bersama agar proses perekrutan karyawan, terutama dari lulusan baru, dapat lebih maksimal dan solustif. Seluruh stakeholders tersebut meliputi pihak universitas, pemerintah hingga dunia usaha sebagai end user dari tenaga kerja terkait.
"Termasuk juga (perusahaan) startup yang saat ini banyak sekali. Sistem kerjanya saja beda (dengan perusahaan konvensional). Sehingga kebanyakan fresh graduate tidak tahu skill apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi karyawan di startup. Jadi memang perlu sinergi semua pihak," tegas Benjamin. (TSA)