Waspada, Resesi Global Bisa Picu Rendahnya Surplus Perdagangan Semester II
Pelambatan pertumbuhan ekonomi global bakal berpengaruh terhadap kinerja ekspor dalam negeri.
IDXChannel - Bank Dunia (World Bank) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 2,9% akibat perang antara Rusia-Ukraina. Konflik kedua negara tersebut juga dapat memicu ancaman resesi global.
Meski ekonomi Indonesia masih diproyeksi tumbuh di atas 5%, namun kondisi global tetap berdampak pada kondisi di dalam negeri. Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira mengatakan pelambatan pertumbuhan ekonomi global tersebut bakal berpengaruh terhadap kinerja ekspor di dalam negeri.
"Surplus perdagangan mungkin lebih rendah. Pasar utama di AS dan China sangat penting bagi kinerja ekspor," ujar Bhima kepada MNC Portal, Senin (13/6/2022).
Bhima menjelaskan adanya resesi tersebut bakal berdampak pada tingkat inflasi global. Maka ketika Inflasi meningkat, biaya untuk bisnis pun bakal meningkat. Hal tersebut bakal membuat sebagian besar perusahaan mengurangi produktivitasnya.
"Karena tekanan inflasi membuat permintaan konsumen terganggu, meski ada pelonggaran saat pandemi landai. biaya logistik untuk distribusi bahan baku juga naik, menambah beban biaya produksi," lanjut Bhima.
Menurutnya, ekspor Indonesia bakal terganggu akibat adanya penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor. Sebab daya beli masyarakatnya pun turun.
"Sepanjang semester II 2022, proyeksi surplus neraca dagang hanya mencapai US$8-10 miliar," kata Bhima.
Selain itu, inflasi yang bersifat kontinu akan meningkatkan risiko percepatan kenaikan suku bunga, beberapa pelaku usaha yang alami kenaikan debt to equity ratio akan berat saat melakukan refinancing utang.
"Daya beli masyarakat juga bisa melemah dan cenderung saving atau berhemat," pungkasnya. (FRI)