WEF Davos 2023: Pihak Ini Merasa Paling Dirugikan oleh Perang Rusia-Ukraina
perang Rusia-Ukraina secara tegas telah memperburuk jalinan kerja sama yang selama ini telah mulai dirintis di antara negara-negara Blok Timur dan Blok Barat.
IDXChannel - Kondisi geopolitik global terkait Perang Rusia-Ukraina yang terus berlanjut menjadi salah satu bahasan utama dalam gelaran World Economic Forum (WEF) 2023, di Davos, Swiss, di sepanjang pekan ini.
Meski hanya melibatkan dua negara, perang tersebut merepresentasikan perseteruan kedua blok besar dunia, yaitu Blok Timur dan Blok Timur, yang pada akhirnya merugikan seluruh ekosistem perekonomian global secara keseluruhan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hungaria, Péter Szijjártó, dalam sesi diskui yang mengangkat tema De-Globalization or Re-Globalization? di Davos, Selasa (17/1/2023).
Menurut Szijjártó, perang Rusia-Ukraina secara tegas telah memperburuk jalinan kerja sama yang selama ini telah mulai dirintis di antara negara-negara Blok Timur dan Blok Barat.
"Memburuknya kerja sama Timur-Barat adalah berita terburuk bagi Eropa Tengah, termasuk juga wilayah kami, karena negara-negara ini tepat berada di tengah-tengah dalam konfrontasi kedua blok," ujar Szijjártó.
Szijjártó menjelaskan, Hungaria merupakan negara kecil yang secara geografis terkurung oleh daratan. Meski sebenarnya tidak memiliki sumber daya alam, namun Hungaria sejauh ini justru dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem ekonomi yang paling terbuka.
"Secara geografis, kami terletak di antara timur dan barat, di Eropa Tengah, yang selama ini bergantung pada kerja sama pragmatis dan rasional berdasarkan rasa saling percaya menghormati di antara Timur dan Barat," tutur Szijjártó.
Szijjártó juga mengingatkan bahwa selama ini kerja sama antara Timur dan Barat, yang mempertemukan kepentingan Eropa dan Asia (Eurasia), telah berjalan dengan baik, dan menunjukkan peluang yang cerah dalam hal pengembangan ekonomi kedua pihak.
"Semua terlihat baik dan sangat potensial hingga awal tahun lalu. Sampai kemudian perang terjadi, dan seluruh (potensi) itu jadi terlihat seperti impian yang semakin jauh," keluh Szijjártó
Bahkan, dengan situasi yang semakin memburuk, Szijjártó menyatakan bahwa kondisi yang terjadi saat ini tak ubahnya seperti Perang Dingin 2.0. Tak hanya itu, Szijjártó juga menuding negara-negara besar selama ini tidak benar-benar memanfaatkan isu globalisasi untuk semangat perdamaian bagi semua.
"Mungkin tak banyak yang berani menyatakan, namun tak diragukan lagi, bagi kami situasi saat ini merupakan awal dari Perang Dingin 2.0, dan kami yang berada di tengah-tengah blok yang menjadi pihak pecundang, sementara negara-negara besar sibuk dengan narasi politiknya masing-masing," tegas Szijjártó. (TSA)