ECOTAINMENT

3 Hal yang Bisa Diambil dari Home Sweet Loan untuk Generasi Sandwhich

Kurnia Nadya 08/10/2024 16:28 WIB

Film ini mendapatkan pujian, bahkan menjadi bahan perbincangan netizen di platform X sejak penayangan perdananya pada 26 September 2024.

3 Hal yang Bisa Diambil dari Home Sweet Loan untuk Generasi Sandwhich. (Foto: Twitter/Visinema)

IDXChannel—Banyak hal bisa diambil dari film Home Sweet Loan. Film adaptasi dari novel karangan Almira Bastari dengan judul yang sama ini telah ditonton oleh 1 juta lebih penonton per 8 Oktober 2024. 

Film ini mendapatkan pujian, bahkan menjadi bahan perbincangan netizen di platform X sejak penayangan perdananya pada 26 September 2024. Untuk kategori film drama keluarga, Home Sweet Loan terbilang sukses mengumpulkan begitu banyak penonton. 

Tidak mengherankan, karena Home Sweet Loan mengisahkan perjuangan seorang sandwhich generation dengan konflik keluarga yang relevan dengan pengalaman banyak anak-anak muda di penjuru Indonesia. 

Sang tokoh utama, Kaluna, adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang harus banyak mengalah demi keluarganya. Dia mesti hidup dalam satu rumah yang diisi oleh tiga keluarga. Satu keluarganya sendiri dan dua keluarga kecil kakak-kakaknya. 

Sementara rumahnya bukanlah rumah gedong dengan banyak kamar. Sudah jadi kesepakatan bersama di kalangan masyarakat, bahwa rumah yang terlalu ramai dengan bukanlah hunian yang kondusif. Apalagi jika ada beberapa keluarga tinggal seatap. 

Minim privasi, kelelahan emosional, dan rentan konflik adalah risiko yang harus dihadapi semua penghuni rumah. Berangkat dari rasa lelahnya ini, Kaluna bertekad untuk membeli rumah sendiri meskipun tidak mudah. 

Sebab Kaluna adalah pekerja ibu kota dengan gaji pas-pasan. Gaji bulanannya tidak sampai dua digit, secara bersamaan Kaluna masih harus memberi dukungan finansial untuk keluarganya. Membeli rumah terasa impian belaka bagi Kaluna. 

Apalagi, ada konflik keluarga yang kembali meminta pengorbanannya secara finansial. Meskipun pada akhirnya ending film terbilang happy, perjalanan Kaluna dalam durasi 112 menit ini cukup menguras emosi penontonnya. 

Selain cerita yang relevan, ada juga hal menarik yang bisa diambil sebagai pelajaran dalam film Home Sweet Loan. Peringatan untuk pembaca, ulasan di bawah mengandung spoiler

1. Manfaat Frugal Living 

Meskipun gajinya cuma Rp6 juta, Kaluna mampu menabung hingga saldonya mencapai Rp300 jutaan. Banyak netizen meragukan kemungkinan pekerja bergaji Rp6 juta—yang tentunya dicapai setelah tahunan bekerja—bisa menyisihkan uang demikian rupa. 

Namun banyak adegan menampakkan gaya hidup Kaluna yang terbilang frugal. Kaluna sangat berhemat, dengan teliti mencatat pengeluarannya. Kaluna tidak memakai pakaian-pakaian terkini, tidak ditampakkan sering jajan. 

Kaluna juga selalu membawa bekal, sehingga budget makan siangnya dapat ditekan. Dia juga digambarkan tidak berlanggan Spotify Premium dan tidak memiliki banyak barang. Sehingga dapat diasumsikan Kaluna jarang belanja dan tidak suka membeli barang-barang yang kurang penting.

Kaluna juga tidak ngekos, sehingga dia tidak perlu mengalokasikan gaji bulanannya untuk menyewa kamar kos yang umumnya bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah di Jakarta. 

2. Berani Jujur  

Kaluna yang terlalu banyak mengalah di keluarganya. Pekerjaan rumah hanya dikerjakan oleh dia dan ibunya, sementara kakak-kakaknya yang lain berpangku tangan. 

Penonton menggarisbawahi keberanian Kaluna untuk mengungkapkan keinginannya agar kedua kakaknya pindah rumah karena mereka sudah berkeluarga, Kaluna juga mengatakan keinginannya agar kakak-kakaknya membantu ibu dan dirinya di rumah. 

Selain itu, Kaluna juga berani mengungkapkan kekecewaannya ketika konflik keluarga memuncak. Dia menyampaikan uneg-uneg kepada sang kakak tentang ketidakrelaannya untuk menanggung kebodohan kakak laki-lakinya. 

Kondisi seperti ini sering dialami oleh banyak anak muda di Indonesia, di mana mereka harus mengalah secara emosional dan finansial demi keluarganya. Banyak di antaranya yang berani seperti Kaluna, namun tidak sedikit yang akhirnya harus memendam rasa kecewa demi menghindari konflik lebih lanjut. 

3. Batasan Terhadap Utang Piutang 

Kaluna terbilang tegas menghadapi keluarganya dalam urusan utang piutang. Dia berani meminta kejelasan mendetail terkait pinjaman uang yang diminta oleh salah satu kakaknya. 

Pinjam meminjam antara anggota keluarga lumrah terjadi, dan tidak sedikit berujung pada konflik. Seringkali kita dengar cerita sulitnya menagih utang, bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa orang yang berutang bisa jadi lebih galak dibanding orang yang diutangi. 

Tak sedikit pula orang yang terjebak dengan perkara pinjam meminjam dengan keluarga karena sungkan untuk menolak dan tidak enak hati untuk bersikap tegas meminta mekanisme utang piutang yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. 

Namun dalam film ini, Kaluna mencontohkan sikap tegas yang layak ditiru. Meskipun peminjam adalah keluarga, mereka tetap harus mengerti bahwa utang harus dipertanggungjawabkan sesuaikan kesepakatan. 

Film ini juga memberitahu penonton bahwa batasan dalam keluarga besar tetaplah perlu. Seorang kakak tidak semestinya menyepelekan adik dan bertindak semaunya di rumah, meskipun dia seorang laki-laki. Seorang adik, sekalipun lahir paling akhir, harus dihargai dan diperlakukan dengan baik. 

Film ini berdurasi 112 menit dan cocok untuk ditonton bersama keluarga. Itulah ulasan tentang beberapa hal yang bisa diambil dari film Home Sweet Loan

(Nadya Kurnia)

SHARE