ECOTAINMENT

Anak CEO Gelar Royal Wedding, Berapa Keuntungan AirAsia Indonesia 2023?

Shifa Nurhaliza Putri 22/11/2023 11:39 WIB

Keuntungan AirAsia Indonesia 2023 baru-baru ini menjadi sorotan publik.

Anak CEO Gelar Royal Wedding, Berapa Keuntungan AirAsia Indonesia 2023? (Foto: Keuntungan AirAsia Indonesia 2023)

IDXChannel Keuntungan AirAsia Indonesia 2023 baru-baru ini menjadi sorotan publik usai salah satu anak dari pendirinya telah melangsungkan royal wedding di Surabaya. 

Putra CEO AirAsia Indonesia Pin Harris, Ryan Harris dan Gwen Ashley menjadi berita utama atas upacara pernikahan mewah mereka di Westin di Surabaya yang menelan biaya hingga Rp75 miliar.

Di saat yang sama, AirAsia Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan kinerja yang lambat namun positif, didukung oleh kerja keras dan dedikasi seluruh tim serta layanan pelanggan.

Laporan Keuangan dan Keuntungan AirAsia Indonesia 2023

Direktur Utama AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine mengatakan CMPP telah sukses mengoperasikan 35 rute maskapai, meliputi 14 rute domestik dan 21 rute internasional, dengan total jumlah penerbangan hingga 400 penerbangan per minggu.

Dengan bangkitnya industri penerbangan Indonesia, AirAsia akan menjadi moda transportasi pilihan masyarakat. Dijelaskannya, Indonesia AirAsia telah menambah armadanya dari 16 menjadi 23 pesawat, meningkatkan kapasitas angkut sebesar 95% dan meningkatkan jumlah penumpang menjadi 4,5 juta pada September 2023.

PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP), emiten pemilik maskapai tersebut mencatatkan rugi bersih sembilan bulan tahun 2023 pada laporan keuangan kuartal III 2023 sebesar Rp875,42 miliar. Hal ini berbanding dengan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp1,483 miliar atau menurun hingga 40%. Kerugian ini menambah defisit sebesar Rp14,105 miliar.

Kemudian, CMPP juga mengalami kekurangan modal atau undercapitalization sebesar Rp7,695 miliar pada akhir September 2023. Pendapatan sepanjang sembilan bulan 2023 sebesar Rp4,9 triliun, meningkat 97% dibandingkan periode yang sama tahun 2022, dengan nilai tercatat Rp2,5 triliun.

Sayangnya, hingga akhir September 2023, beban biaya operasional meningkat 45,5% secara tahunan menjadi Rp5,546 miliar. Pemicunya adalah biaya bahan bakar meningkat 84,5% menjadi Rp2,276 miliar. Bahkan, biaya perbaikan dan pemeliharaan meningkat 121,8% menjadi Rp1,25 triliun. Berikutnya pesawat terbang dan jasa udara meningkat 232,4 persen menjadi Rp718,23 miliar.

Akibatnya, emiten penerbangan ini mengalami kerugian usaha sebesar Rp612,22 miliar pada akhir September 2023 dibandingkan akhir kuartal II 2022 yang mencatatkan total kerugian sebesar Rp1,303 miliar, turun 53,03%. Di sisi lain, total utang meningkat 10,4% dibandingkan akhir tahun 2022, mencapai Rp13,444 miliar hingga akhir September 2023. (SNP)

SHARE