ECOTAINMENT

Banyak Bos Perusahaan Lebih Sering Pecat Karyawan Gen Z, Benarkah?

Ibnu Hariyanto 16/05/2025 13:33 WIB

Generasi Z semakin banyak yang memasuki dunia kerja. Namun banyak perusahaan justru kurang puas dengan karyawan Generasi Z, benarkah?

Generasi Z semakin banyak yang memasuki dunia kerja. Namun banyak perusahaan justru kurang puas dengan karyawan Generasi Z, benarkah? (foto: iNews Media Grup)

IDXChannel- Generasi Z semakin banyak yang memasuki dunia kerja. Namun banyak perusahaan justru kurang puas dengan karyawan Generasi Z, benarkah?

Sebuah studi terbaru dari perusahaan AS, Intelligent, dilansir dari Sydney Morning Herald, Jumat (16/5/2025), menyebut 75 persen perusahaan Amerika tidak puas dengan karyawan Gen Z yang baru saja mereka pekerjakan.

Generasi Z ini yakni mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Enam dari 10 perusahaan memecat karyawan Generasi Z ini karena mereka ingin pulang lebih awal, mulai bekerja lebih lambat, dibayar lebih tinggi dari yang seharusnya, dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.

Namun, pendiri badan amal kesehatan mental yang dipimpin oleh Gen Z, ALLKND, Milly Rose Bannister menyebut hal itu bukanlah cerita yang sebenarnya. Menurutnya, karyawan Generasi Z ini bukan dipecat melainkan justru memilih untuk pergi dari tempat kerjanya sudah ketinggalan zaman atau tidak fleksibel.

"Saya baru saja berusia 28 tahun, sebagai Gen Z yang lebih tua, saya telah melihat perubahan di tempat kerja secara nyata," kata Bannister.

"Bagi mereka, kesuksesan karier tidak harus berarti kelelahan, jadi jika suatu pekerjaan tidak memiliki tujuan, otonomi, atau perkembangan, mereka akan mencari atau membangun sesuatu yang lebih baik," ujarnya.

Bannister menilai banyak tempat kerja yang masih menerapkan aturan-aturan lama yang memprioritaskan jam kerja daripada hasil. Hal itu membuat para pekerja yang lebih muda merasa frustrasi dan tidak bersemangat.

"Mereka akan lebih unggul jika diberi tujuan yang jelas, otonomi yang nyata, dan alur kerja yang modern, terutama di dunia di mana pekerjaan hybrid telah membuktikan bahwa fleksibilitas mendorong produktivitas, bukan kemalasan," ujarnya.

Sementara, Direktur Program Pusat Bahasa Universitas Torrens, Jacqui Gueye menyebut para manajer dan tempat kerja perlu mengevaluasi beberapa pendekatan, terutama terkait Gen Z yang memasuki dunia kerja. Gueye mempunyai pengalaman bekerja dengan tenaga kerja multigenerasi, termasuk Gen Z, Milenial, Gen X, dan Boomers.

Tidak seperti generasi sebelumnya, generasi muda atau Gen Z memprioritaskan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi serta kesehatan mental. Hal ini yang terkadang disalahartikan sebagai kurangnya komitmen dan bukan pergeseran budaya.

Salah satu tantangan terbesar terkait perbedaan cara pandang dengan struktur manajemen tradisional. Manajemen tradisional menekankan produktivitas berbasis waktu, sedangkan preferensi Gen Z untuk pekerjaan berbasis hasil.

Selain itu, gaya komunikasi yang berbeda. Gen Z mengutamakan digital yang lebih menyukai pesan singkat melalui Tim atau teks daripada email formal.

Generasi Z tumbuh dengan feedback atau umpan balik yang terus menerus dari platform media sosial. Gen Z memiliki ekspektasi kerja yang berbeda dari generasi sebelumnya, namun semua pekerja mungkin lebih baik menerima ide-ide mereka.

Gen Z memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap pekerjaan dibandingkan generasi sebelumnya, namun semua pekerja mungkin akan lebih baik jika ide-ide mereka diterima dengan baik.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE