ECOTAINMENT

Bisnis dan Sumber Kekayaan Adiguna Sutowo, Pendiri Hard Rock Cafe

Shifa Nurhaliza 15/06/2022 15:59 WIB

Bisnis dan sumber kekayaan Adiguna Sutowo, pendiri dan pemilik MRA Group (Mugi Rekso Abadi), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang media dan hiburan

Bisnis dan Sumber Kekayaan Adiguna Sutowo, Pendiri Hard Rock Cafe. (Foto: Sumber Kekayaan Adiguna Sutowo)

IDXChannel - Bisnis dan sumber kekayaan Adiguna Sutowo, pendiri dan pemilik MRA Group (Mugi Rekso Abadi), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang media dan hiburan, perhotelan, makanan dan minuman, ritel, otomotif dan farmasi.

Berdasarkan laman Wikipedia yang dikutip pada Minggu (18 April 2021), berikut ini adalah karir dan kerajaan bisnis yang telah dibangun Adiguna Sutowo semasa hidupnya. Kepentingan bisnis Adiguna meliputi mesin, transportasi, farmasi, real estate dan hotel, hiburan, media, mobil dan bahan peledak.

Adiguna sejak dini terlibat  dalam konglomerasi Nugra Santana  keluarganya, yang mewarisi kekayaan kepala keluarga, Ibnu Sutowo, seorang jenderal bintang tiga yang dianggap “bendahara” pemerintahan Soeharto, ketika memimpin Pertamina , perusahaan menghasilkan pendapatan. 

Bisnis dan Sumber Kekayaan Adiguna Sutowo

Berikut ini deretan bisnis dan kekayaan yang dimiliki mendiang Adiguna Sutowo dikutip dari berbagai sumber:

1. Pemilik dan pendiri MRA Group 
Adiguna Sutowo adalah Pendiri dan Pemilik (Mugi Rekso Abadi) MRA Group, sebuah perusahaan yang terdiri dari Media & Hiburan, Perhotelan, Makanan & Minuman, Ritel, Otomotif dan Farmasi. MRA bersama Soetikno Soedarjo dan Dian M Soedarjo. Kini, setelah meninggalnya Adiguna Sutowo, MRA Group dimiliki oleh putranya Maulana Indraguna Sutowo, CEO MRA Group dan tidak lain adalah suami  Dian Sastrowardoyo.

2. Media dan hiburan 
Salah satu perusahaan yang berada di bawah MRA Group yakni PT. Media Network yang meliputi media penerbitan majalah seperti Cosmopolitan, Autocar, Maxim, FHM, dan lainnya, radio seperti Hard Rock FM (Jakarta, Bandung, Bali), i-Radio, Cosmopolitan FM, Trax FM, Brava Radio serta penyiaran yang mencakup Omni Channel (TV), dan IP Entertainment. 

3. Bisnis perhotelan
Adiguna Sutowo juga mengelola bisnis hotelnya yang meliputi Bali Hilton, Sultan Hotel (sebelumnya Hilton Hotel) dan Lagoon Tower Hilton. Selain itu, ia juga memiliki hotel Four Season dan apartemen Four Season di Bali.

Namun, Hotel Regent di Kuningan, Jakarta membelinya untuk menjadi hotel Four Seasons. PT Indobuild Co adalah unit manajemen bisnis hotel. PT Indobuild Co sendiri menjadi warisan ayahnya, Ibnu Sutowo, seorang pensiunan jenderal bintang tiga di bawah Soeharto.

4. Food and beverage 
Usaha lain yang dimiliki adalah di bidang makanan dan minuman, seperti kafe dan restoran. Kafe dan restoran tersebut antara lain Häagen-Dazs Ice Cream Parlors, Hard Rock Cafe di Jakarta dan Bali, RTL Jakarta Restaurant, Lalla Jakarta Restaurant dan masih banyak lagi.

5. Bisnis Ritel  
Sejak tahun 1995 PT. Mogems Putri Internasional dalam kemitraan dengan merek Italia Bvlgari. Melalui kemitraan bisnis ini, Grup MRA aktif dalam wewangian dan perhiasan kelas atas. Selain itu, beliau juga merupakan distributor dari Bang & Olufsen (B&O), brand asal Denmark yang dikelola oleh PT. Sarana Elektrindo Utama. Produk yang dijual adalah perangkat elektronik kelas atas seperti headphone, speaker, dan televisi.

6. Bisnis Otomotif 
Kegiatan Adiguna Sutowo lainnya adalah di bidang otomotif yang dikelola oleh PT. Gambar tahan lama mobil. Perusahaan ini merupakan importir mobil mewah seperti Ferrari. Adiguna Sutowo juga merupakan pendiri PT Pelayaran Umum Indonesia (Pelumin), sebuah perusahaan yang mengoperasikan kapal untuk armada Pertamina. Karena ayahnya adalah seorang tokoh militer pada masa Orde Baru dan menjadi cikal bakal Pertamina saat menjadi Dirut Pertamina pada tahun 1968 silam.

7. Bisnis Farmasi  
Adiguna juga merupakan pendiri grup Nugra Santana yang didirikannya saat itu bersama rekannya. Di sisi konsorsium, ada PT Sunthi Sepuri, perusahaan farmasi yang membuat kapsul, tablet, sirup, dan obat-obatan lainnya. Namun, bisnis itu sukses pada masa Orde Baru dan kemudian mulai goyah pada tahun 1997 ketika krisis ekonomi melanda. (SNP)

SHARE