Ilmuwan AS Temukan Berlian Langka di Kedalaman 322 Kilometer
Jenis berlian langka ini menunjukkan bahwa air dapat menembus lebih dalam ke bagian dalam bumi
IDXChannel - Para ilmuwan mengatakan adanya penemuan berlian langka yang keberadaannya di kedalaman 322 kilometer (km).
Jenis berlian langka ini menunjukkan bahwa air dapat menembus lebih dalam ke bagian dalam bumi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Penemuan itu oleh Ilmuwan Institut Gemologi Amerika Serikat. Kedalaman tempat berlian ditemukan sedalam 322 km merupakan lapisan mantel bumi. Dengan penamuan berlian tersebut juga merupakan petunjuk adanya air jauh di bawah mantel bumi.
Petunjuk tentang air di bagian dalam bumi baru-baru ini diketahui setelah dilakukan ekstraksi dari berlian langka itu.
Meskipun lebih dari 70% planet Bumi tertutup air, ada juga air dalam mineral lebih dari 322 kilometer di bawah tanah, termasuk di mantel atas, lapisan semi lunak yang keraknya mengambang di atasnya.
Para ilmuwan telah lama berpikir bahwa ketika mantel atas bertransisi ke mantel bawah yang lebih panas dan lebih padat, mineral dapat menampung jauh lebih sedikit air.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature Geoscience 26 September 2022, para peneliti menemukan bahwa berlian mengandung inklusi, atau potongan kecil mineral lain, yang dapat menampung lebih banyak air. Keberadaan air diperkirakan ada di perbatasan antara mantel atas dan bawah.
Di dalam inklusi berlian, para peneliti menemukan mineral yang disebut ringwoodite, yang memiliki komposisi kimia yang sama dengan olivine. Bahan itu merupakan bagian utama mantel atas tetapi terbentuk di bawah suhu dan tekanan yang kuat.
Ringwoodite biasanya ditemukan di zona transisi antara mantel atas dan bawah, antara sekitar 410 hingga 660 km di bawah permukaan bumi dan dapat mengandung lebih banyak air daripada mineral bridgmanite dan ferropericlase.
Hasilnya menunjukkan bahwa mungkin ada air yang lebih dalam di Bumi daripada yang diperkirakan para ilmuwan. Kondisi ini dapat memengaruhi pemahaman kita tentang siklus air di lapisan dalam dan lempeng tektonik.
“Hasilnya tidak terduga,” kata penulis utama studi Tingting Gu, fisikawan mineral di Universitas Purdue di Indiana dan peneliti di Institut Gemologi Amerika di New York City, dikutip dari laman Sindonews, Kamis (29/9/2022).
Gu menambahkan, inklusi terkadang terlihat sebagai noda pada berlian yang membuatnya kurang diminati. Namun, inklusi dapat memberikan informasi ilmiah yang berharga. “Jangan takut untuk membeli berlian dengan inklusi. Anda tidak pernah tahu apa yang mungkin dikandungnya,” katanya.
(Penulis Nur Pahdlilah magang)
(SAN)