ECOTAINMENT

Kebaya Mau Didaftarkan Empat Negara ke UNESCO, Ini Kata Ketua Gerakan Perempuan Berkebaya

Wiwie Heryani 25/11/2022 17:16 WIB

Banyak pihak menyayangkan langkah keempat negara tersebut.

Kebaya Mau Didaftarkan Empat Negara ke UNESCO, Ini Kata Ketua Gerakan Perempuan Berkebaya. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Langkah Singapura yang berencana mendaftarkan kebaya sebagai salah satu daftar warisan budaya tak benda ke UNESCO dalam upaya multinasional dengan Brunei, Malaysia dan Thailand  menjadi sorotan di Indonesia. 

Banyak pihak menyayangkan langkah keempat negara tersebut. Mayoritas menganggap keempat negara tersebut terlalu melangkahi Indonesia yang sejak lama justru menggaungkan Kebaya Goes to UNESCO

Namun, Ketua Gerakan Perempuan Berkebaya Indonesia, Rahmi Hidayati, menilai langkah yang dilakukan keempat negara tetangga tersebut sebenarnya tidak salah. 

Bahkan, mereka sempat menggandeng Indonesia untuk bersama-sama mendaftaRkan kebaya ke UNESCO. Namun, Indonesia memilih untuk tidak ikut serta karena ingin mengambil jalur single nation, agar kebaya benar-benar didaftarkan dari negara asalnya. 

"Sebenarnya mereka enggak salah juga ya. Sebelumnya mereka memang sudah mengajak Indonesia untuk mendaftarkan kebaya ke UNESCO. Tapi kan mau kita, orang-orang Indonesia, kita ya harus melangkah sendiri, apalagi kebaya itu asalnya ya dari Indonesia,"  ujar Rahmi, saat dihubungi via telepon, Jumat, (25/11/2022).

Rahmi menjelaskan meskipun asal-usulnya dari Indonesia, kenyataannya kebaya telah dipakai masyarakat di keempat negara tersebut sejak puluhan tahun lalu. Apalagi, mereka merupakan negara tetangga yang secara letak dan geografis sangat dekat dengan Indonesia. 

Selain itu, masalah lainnya, terdapat perbedaan pemahaman dan concern antara masyarakat Indonesia yang ingin mematenkan kebaya, dengan pihak UNESCO yang justru concern dalam pelestarian warisan budaya suatu negara. 

Rahmi menyebut, concern UNESCO bukanlah terkait memberikan hak cipta ataupun pengakuan kepemilikan warisan budaya suatu negara. Namun, bagaimana suatu negara bisa melestarikan warisan budayanya dalam kurun waktu yang cukup lama. 

"Kalau melihat sejarah dan segala macamnya, mereka memang sudah berkebaya sejak dulu, kita kan negara berdekatan nih, orang-orang Malaysia itu banyak yang beli kebayanya tuh justru dari Jawa, dari Kalimatan," tuturnya.

"Sebenarnya kebaya itu kalau dilihat dari sisi sejarahnya ya asalnya dari Indonesia. Tapi nyatanya, concern UNESCO enggak di situ, tapi bagaimana suatu budaya dilestarikan sejak lama," lanjutnya.

Rahmi juga menyebut, bahwa langkah keempat negara tersebut bisa berdampak besar terhadap Indonesia yang ingin maju sendirian untuk mendaftarkan kebaya ke UNESCO. 

Dia bilang, langkah Indonesia untuk menggaungkan Kebaya Goes To UNESCO akan kembali tertunda, sebelum UNESCO memutuskan hasil dan pembuktian dari pendaftaran kebaya yang dilakukan Singapura dan ketiga negara lainnya. 

"Cuma kita kan enggak tau apakah negara-negara yang mengajukan ini bisa membuktikan untuk melestarikan suatu budaya itu, apakah bisa membuktikan bahwa 25 tahun yang lalu orang-orang di sana sudah pakai kebaya, itu mereka berhak untuk mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda kepada UNESCO," ungkapnya. 

Meski begitu, Indonesia bisa saja bergabung dengan keempat negara tersebut untuk mendaftarkan kebaya ke UNESCO. Namun, dengan tak lagi menjadi negara yang satu-satunya memiliki warisan budaya tak benda berupa kebaya, bahkan bisa menjadi negara urutan kelima yang memiliki kebaya sebagai warisan budayanya. 

"Jadi kita tetap bisa nih mau bergabung sama mereka, karena sebelumnya sudah didaftarkan atas empat negara ini. Jadi, mereka berhak mendaftarkan, nah kalau mereka mendaftar dan kalau sekarang kita juga mau mendaftarkan, bisa jadi kita ditaruhnya di negara nomor 5," tandasnya. (NIA)

SHARE