ECOTAINMENT

Kemnaker Sebut 20 Persen Pekerja di Asia Tenggara Alami Stres

Muhammad Farhan 14/10/2024 02:07 WIB

Kemnaker menyebut, keselamatan dan kesehatan para pekerja, termasuk kejiwaan menjadi hal yang sangat penting.

Kemnaker menyebut, keselamatan dan kesehatan para pekerja, termasuk kejiwaan menjadi hal yang sangat penting. (Foto: Dok. Kemnaker)

IDXChannel - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyebut, keselamatan dan kesehatan para pekerja, termasuk kejiwaan menjadi hal yang sangat penting karena bisa mengganggu produktivitas nasional. Pasalnya, 20 persen pekerja di Asia Tenggara mengalami stres.

Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga mengatakan, stres pekerjaan menjadi momok bagi kesehatan para pekerja terutama dengan beban pekerjaan yang  dilakukan melebihi kemampuan dan kapasitas pekerja secara terus-menerus. Berdasarkan penelitian survei Gallup di negara Asia Tenggara pada 2021 hingga akhir Maret 2022, sebanyak 20 persen dari 1.000 responden merasa stres ketika berada di tempat kerja.

"Stres kerja yang kronis dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi," katanya lewat keterangan resmi, Minggu (13/10/2024).

Dia menilai, survei tersebut mendukung laporan The Health and Safety Executive (HSE) pada tahun 2023 yang melaporkan sebanyak 875 ribu kasus stres, depresi dan kecemasan dan terdapat 17,1 juta hari hilang akibat stres, depresi, atau kecemasan terkait pekerjaan.

"Penelitian menunjukkan tekanan kerja, tuntutan tinggi, dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi dapat mempengaruhi kesehatan jiwa pekerja, " ujarnya.

Oleh sebab itu, kata Sunardi, Kemnaker selalu berkomitmen menjaga mental health (kondisi kesehatan) para pekerja agar tetap terjaga dan tak mengalami depresi. Hal ini karena pekerja yang mengalami depresi akan mengganggu produktivitas.

"Tak ada gunanya bekerja, jika mental terganggu karena akan merusak yang lainnya, " ujarnya.

Dia menilai, pentingnya perhatian pimpinan dari setiap unit perusahaan atau organisasi pemerintah terhadap staf pekerja. Sebab, para staf memiliki beban pikiran yang berbeda-beda dalam setiap kehidupan sosialnya. Jika beban kerja ditambah tanpa pendekatan emosional, maka akan berdampak pada kesehatan mental health dan ujungnya akan mengganggu produktivitas, " katanya.

Dia juga mengimbau para pimpinan perusahaan atau organisasi pemerintah juga harus bisa menjadi orang tua di tempat kerja, menjadi tempat curhat, dan tempat bertanya hingga memberikan nasihat kepada staf atau pekerjanya.

"Untuk mengatasi mental health saat ini, tak bisa lagi para pemimpin lepas tangan dan harus peka terhadap jajarannya, khususnya yang mengalami perubahan sikap, perilaku serta tutur kata yang mengarah pada masalah kejiwaan dan jangan sampai pekerja mengalami stres," ujarnya.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE