ECOTAINMENT

Killer of the Flower Moon Jebol Rating, Segini Kekayaan Suku Osage dan Keadaannya Sekarang

Kurnia Nadya 24/10/2023 20:03 WIB

Kekayaan suku Osage melimpah ruah pada awal 1900 berkat ledakan produksi minyak bumi di atas lahan reservasinya.

Killer of the Flower Moon Jebol Rating, Segini Kekayaan Suku Osage dan Keadaannya Sekarang. (Foto: Osage News)

IDXChannel—Kekayaan suku Osage mendadak melimpah ruah saat cadangan minyak ditemukan di bawah lahan yang mereka tempati setelah pindah dari tanah leluhurnya. Bagaimana keadaannya sekarang? 

Kisah sejarah tentang kehidupan bangsa Osage, salah satu suku Indian, belum lama ini kembali menjadi perbincangan netizen setelah film bertajuk ‘Killer of the Flower Moon’ mulai tayang di bioskop. 

Film ini berdurasi 3,5 jam, namun menuai banjir pujian dari penikmat sinema. Film besutan Martin Scorsese, sutradara kawakan yang terkenal dengan cara narasinya yang apik dan memikat atensi. 

Dibintangi Leonardo di Caprio dan Robert de Niro, film ini mengisahkan tentang bangsa Osage pada masa kejayaannya, dan bagaimana kekayaan sumber daya alam tersebut memicu kedengkian dari penduduk kulit putih. 

Baru hitungan hari tayang di layar lebar, film ini sudah mengantong rating 8,2/10 dari IMDb dan 92% dari Rotten Tomatoes, dengan 85% rating dari 1.000 lebih audiens resmi.  

Seperti apa sebenarnya kekayaan suku Osage dan bagaimana keadaan bangsa tersebut sekarang? 

Kekayaan Suku Osage dan Keadaannya Sekarang 

Dikutip dari National Geographic (24/10), bangsa Indian Osage membeli lahan (kini disebut Osage County) di Oklahoma dari pemerintah setempat pada akhir 1800 setelah terdepak keluar dari lahan reservasinya di Kansas. 

Osage County memiliki luas 1,5 juta acre, atau setara 60,7028 hektare. Bangsa Osage memilih lahan tersebut karena topografi yang berbatu dan berbukit, sehingga aman dari orang-orang kulit putih yang kerap mencuri lahan reservasi Indian untuk dijadikan pertanian. 

Rupanya, di bawah lahan seluas puluhan ribu hektare tersebut tersimpan sumber daya alam yang saat itu sangat berharga, yakni minyak bumi. Pada 1890, cadangan minyak ditemukan di Osage County. 

Pemerintah setempat lantas hendak mengatur eksploitasi minyak di wilayah tersebut. Kepala Suku Osage James Bigheart akhirnya membuat kesepakatan dengan pemerintah, bahwa bangsanya bersedia menerima pengaturan alokasi hak atas lahan, namun mereka juga berhak atas kandungan mineral di bawahnya. 

Setiap anggota suku akhirnya menerima 657 acre atau setara dengan 265 hektare. Sementara hak alokasi atas tiap-tiap lahan itu dikelola dalam satu wadah (trust) yang dikelola pemerintah setempat. 

Pemerintah setempat berlaku sebagai pengelola, sekaligus ‘perwakilan’ dari bangsa Osage dalam melindungi dan mengelola keuntungan finansial yang didapat dari aktivitas pengeboran minyak di sana. 

Pembagian hak tersebut disebut ‘headright’, di mana tiap anggota memiliki jatahnya masing-masing. Dari sinilah bencana bermunculan. Setelah produksi minyak bumi di Osage meledak, bangsa Osage menjadi sangat kaya raya. 

Tiap tiga bulan sekali, setiap anggota suku yang memegang headright menerima bagi hasil dari pengeboran minyak bumi. Pada 1920, bangsa Osage adalah orang-orang terkaya di bumi. 

Bayangkan saja, pada 1923, menurut journalis David Grann yang menulis ‘Killer of the Flower Moon: The Osage Murders and the Birth of FBI’, perusahaan minyak membayar hak bangsa Osage lebih dari USD30 juta (setara dengan USD400 juta hari ini).

Kekayaan ini menimbulkan iri dan dengki, terutama di kalangan bangsa kulit putih. Apalagi, hak atas bagi hasil minyak bumi itu tidak bisa diperjualbelikan, hanya bisa diwariskan. 

Oleh karena itu, banyak orang kulit putih yang berusaha mendapatkan mengeruk keuntungan dari bangsa Osage melalui pernikahan. Perempuan-perempuan Osage yang belum menikah, menjadi incaran para lelaki kulit putih. 

Namun strategi untuk mengeruk kekayaan bangsa Osage tidak berhenti sampai situ, beberapa orang bahkan merani membunuh pewaris-pewaris headright di Osage. Dan jauh sebelum pembunuhan dimulai, bangsa kulit putih sudah merecoki kekayaan Osage lewat jalur hukum.

Saat itu, bangsa Indian dinilai primitif dan bodoh, tidak tahu menahu soal pengelolaan kekayaan yang mereka miliki. Bangsa kulit putih memprotes cara Osage memanfaatkan kekayaannya, meskipun mereka tak punya hak atas bagi hasil minyak bumi.

Pemerintah setempat membuat aturan yang merugikan bangsa Osage, sebab para ‘wali’ yang mengelola dana bagi hasil itu melakukan korupsi. Mengambil jutaan dolar AS dana bagi hasil milik bangsa Osage. 

Pembunuhan itu dimulai pada 1921 dan terus berlanjut hingga 1925, dalam kurun beberapa tahun saja, setidaknya lebih dari 60 anggota suku Osage dibunuh dengan beragam cara. 

Mulai dari diracuni, dilempar dari kereta, atau diledakkan rumahnya. Bangsa Osage harus hidup dalam teror selama beberapa tahun. Mereka menolak bantuan dari pemerintah setempat untuk memecahkan pembunuhan yang terjadi. 

Dari sinilah, Biro Investagasi—cikal bakal FBI—mengambil alih dan mulai menginvestigasi kasus-kasus pembunuhan di Osage. Saat ini, banyak keturunan bangsa Osage masih tinggal di Oklahoma. 

Dalam website resminya, bangsa Osage mengatakan setidaknya 26% dari headright masih dikuasi orang-orang non Osage. Saat ini, bangsa Osage bukan lagi orang-orang terkaya di dunia, namun sampai hari ini mereka masih menerima bagi hasil dari industri minyak. 

“Banyak Osage masih menerima bagi hasil setiap tiga bulan. Industri minyak menyediakan banyak peluang kerja untuk banyak keturunan Osage di Oklahoma,” 

Itulah ulasan tentang kekayaan suku Osage dan keadaannya sekarang. (NKK)

SHARE