ECOTAINMENT

Kisah Perjalanan Nasida Ria, Grup Kasidah Berusia 47 Tahun yang Berhasil Tampil di Jerman

Andini Aprysheila/SEO 23/06/2022 08:50 WIB

Kisah perjalanan Nasida Ria, grup kasidah yang berkesempatan tampil di Jerman pada Opening Week Music Program Documenta Fifteen, Sabtu 18 Juni 2022

Kisah Perjalanan Nasida Ria, Grup Kasidah Berusia 47 Tahun yang Berhasil Tampil di Jerman (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Kisah perjalanan Nasida Ria, grup kasidah yang berkesempatan tampil di Jerman pada Opening Week Music Program Documenta Fifteen, Sabtu 18 Juni 2022. Grup kasidah asal Indonesia ini tampil sebagai band pembuka dalam konser yang berlangsung di Kassel tersebut. 

Hal ini pertama terlihat pada video yang diunggah oleh akun Instagram @nasidariasemarang. Terlihat beberapa lagu yang mereka bawakan termasuk Kota Santri, Bom Nuklir, Dunia dalam Berita, dan satu lagu ikonik Perdamaian. Tidak hanya penonton asal Indonesia, bahkan warga asli Jerman pun tampak menikmati pertunjukan itu. Namun bagaimana awal kisah perjalanan Nasida Ria, hingga akhirnya dapat tampil di Jerman?

Grup Kasidah Nasida Ria Berusia 47 Tahun

Apakah Anda pernah mendengar grup kasidah ini sebelumnya? Nasida Ria merupakan salah satu band kasidah modern Indonesia yang dibentuk sejak 1975. Grup kasidah ini beranggotakan sembilan orang wanita yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Mereka adalah Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.

Nama Nasida Ria sendiri berasal dari kata “Nasyid” yang berarti lagu-lagu atau nyanyian dan kata “Ria” yang artinya gembira atau bersenang-senang. Berasal dari kata tersebut, maka arti dari nama grup musik ini berarti lagu atau nyanyian yang dibawakan.

Terbentuknya sembilan anggota ini merupakan murid dari seorang guru qiraat, yaitu bernama H. Mudrikah Zain atau biasa disapa dengan HM Zain. hingga saat ini beralih kepengurusan oleh Choliq Zalin.

Pada awalnya grup ini hanya menggunakan alat musik kasidah sederhana yaitu rebana. Namun, berhubung Wali Kota Semarang Iman Soeparto Tjakrajoeda yang merupakan penggemar grup itu, disanalah awal mula Nasida Ria mendapat bantuan beberapa alat musik dari sang Wali Kota Semarang, berupa gitar bas, biola, dan gitar. Adanya sumbangan tersebut, performa musik yang dibawakan jauh lebih meningkat.

Dengan merilis album pertama yang berjudul Alabaladil Makabul pada tahun 1978, Nasida Ria pun menandatangani kontrak dengan label Ira Puspita Record. 

Adaptasi Musik Arab

Karena terinspirasi dari musik Arab, tiga album selanjutnya yang mereka buat pun juga menggunakan tema yang sama dan identik dengan bahasa Arab. Namun, semenjak usulan Kyai Ahmad Buchori yang mengatakan jika lagu tersebut alangkah baiknya dibawakan dalam bahasa Indonesia, sejak saat itu gaya lagu Nasida Ria diubah. 

Melihat kepopuleran beberapa lagu baru dengan bahasa Indonesia, disinilah awal kisah perjalanan Nasida Ria yang mulai dikenal di tanah air. Lagu-lagu yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia adalah Pengantin baru, Jilbab Putih, Kota Santri, dan Perdamaian. Pada masanya, lagu-lagu tersebut banyak diputar di radio. Terlebih Grup kasidah Nasida Ria ini juga tak jarang muncul di tayangan televisi nasional. 

Lagu Nasida Ria juga tidak melulu soal dakwah Islam. Ada juga lagu yang menyinggung isu-isu sosial seperti judi, perang dan bencana yang dibuat berdasarkan pedoman dari Al Quran.

Kerap Manggung di Luar Negeri

Bagi Anda yang belum tahu, ternyata bukan hal baru grup kasidah asal Indonesia ini tampil di luar negeri. Misalnya pada tahun 1988, Nasida Ria tampil di Malaysia untuk memperingati perayaan jatuhnya 1 Muharram, hal ini disaksikan langsung oleh Yang Dipertuan Agung Malaysia.

Selanjutnya Nasida Ria pernah tampil untuk acara Die Garten des Islam (Pameran budaya Islam) oleh Haus der Kulturen der Welt di Berlin, Jerman. Selanjutnya, pada Juli 1996 mereka kembali ke Jerman untuk tampil pada Festival Heimatklange dengan acara di Berlin, Mulheim, dan Dusseldorf. 

Sempat Kehilangan Kepopuleran

Kisah perjalanan Nasida Ria ternyata tidak hanya berjalan mulus. Pasca memasuki tahun 2000, Nasida Ria sempat kehilangan ketenarannya. Banyaknya aliran musik barat dan modern yang masuk ke Indonesia lah yang membuat nama Nasida Ria mulai redup pada kala itu.

Kemudian disusul dengan pergantian anggota baru, dikarenakan adanya anggota yang meninggal dunia dan yang memutuskan untuk keluar dari grup. Hingga saat ini, Nasida Ria memiliki 12 personel yaitu Hj Rien Djamain, Hj. Hamidah, Hj. Nadhiroh, Hj. Nurhayati, Hj. Nurjanah, Hj. Thowiyah, Hj. Afuwah, Sofiyatun, Titik Mukaromah, Uswatun Khasanah, Nazla Zain dan Alfiatul Khoiriyah. 

tetapi hal itu tak lantas membuat grup ini menyerah. Mereka tetap mempertahankan eksistensinya dengan terus berkarya. Terbukti, hingga hari ini Nasida Ria menjadi salah satu kelompok musik yang berhasil bertahan dengan genre khasnya dan melalui dinamika industri musik yang ada, di antara banyaknya kelompok musik yang berakhir bubar.

Dari kepopuleran dan kegigihannya, Nasida Ria juga pernah menggarap beberapa penghargaan yaitu termasuk penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1989. Lagu-lagunya juga sering dinyanyikan ulang oleh musisi tanah air modern seperti grup band Gigi, Krisdayanti, dan Haddad Alwi.

Itu dia tadi merupakan kisah perjalanan Nasida Ria yang faktanya sudah go internasional sejak tahun 1988 silam.

SHARE