3 Gaya Kepemimpinan Satya Nadella CEO Microsoft yang Patut Ditiru Pengusaha Muda
Nadella telah memimpin Microsoft sebagai CEO selama 11 tahun sejak 2014, menggantikan Steve Ballmer.
IDXChannel—Gaya kepemimpinan Satya Nadella menarik untuk dipelajari. Nadella telah memimpin Microsoft sebagai CEO selama 11 tahun sejak 2014, menggantikan Steve Ballmer.
Selama memimpin Microsoft, Nadella banyak melakukan transformasi untuk mendorong kesuksesan bisnis Microsoft dalam jangka panjang. Melansir CTO Magazine (27/5/2025), berikut ini adalah beberapa transformasi yang dilakukan Nadella:
- Microfost mengembangkan Azure, platform komputasi awan kompetitor Amazon Web Services dan Google Cloud. Setidaknya 56 persen organisasi di seluruh menggunakan Azure
- Microsoft berinvestasi ke pengembangan AI lebih intens
- Microsoft mengakuisisi LinkedIn pada 2016 dan mengintegrasikannya dengan produk-produk Microsoft
- Mendorong agar produk Microsoft tersedia di iOS dan Android untuk menjangkau konsumen lebih luas
Pada 2024, Microsoft mencatatkan pendapatan bersih sebesar USD88,1 miliar. Saat ini Microsoft memiliki 10 divisi dan dua anak usaha, yakni GitHub dan LinkedIn. Kapitalisasi pasar Microsoft saat ini mencapai USD3,35 triliun.
Bagaimana Satya Nadella memimpin Microsoft? Berikut ini adalah gaya kepempimpinan Satra Nadella yang menarik untuk disimak.
3 Gaya Kepemimpinan Satya Nadella CEO Microsoft
1. Tegas saat Situasi Ambigu
Dalam wawancara untuk Chicago Booth Magazine, Nadella membagikan beberapa kriteria kepemimpinan yang menurutnya harus ada pada tiap pemimpin. Salah satu yang utama adalah kemampuan untuk bersikap tegas dan jelas di situasi yang ambigu.
“Salah satu kriteria penting dari seorang pemimpin yang sering diremehkan adalah kemampuan dan dorongan untuk menciptakan kejelasan dalam situasi yang serba tidak jelas, atau ambigu,” tutur Nadella.
Menurutnya, dalam kondisi normal di mana pekerjaan dan rencana berjalan sesuai target, perusahaan tidak memerlukan pimpinannya. Karena situasinya tidak membingungkan, yang perlu dilakukan karyawan adalah mengikuti rencana.
Namun dalam situasi yang serba tidak jelas, di mana informasi simpang siur beredar, barulah kehadiran seorang pemimpin sangat dibutuhkan. Menurutnya, kemampuan untuk menyikapi situasi ambigu dan masa depan yang tidak menentu adalah kunci penting.
2. Berempati
Nadella juga menekankan pentingnya kemampuan untuk berempati pada orang banyak, berempati adalah keahlian yang sebenarnya cukup sulit untuk dipelajari karena memerlukan upaya, kesadaran diri, dan komitmen untuk berkembang.
Empati dapat membantu pemimpin untuk merasa terhubung dengan orang-orang yang dipimpinnya, memahami perasaan dan kekhawatiran yang diekspresikan atau disampaikan oleh orang lain.
Nadella meyakini jika pemimpin mampu berempati pada karyawan-karyawannya, para karyawan akan termotivasi untuk memberikan kinerja terbaik, dan pada akhirnya akan bermanfaat positif bagi perusahaan.
3. Resilien Hadapi Kesulitan dan Keterbatasan
Bagi Nadella, seorang pemimpin harus mampu menghadapi dan menghadapi segala keterbatasan yang ada di depannya. Hidup adalah rangkaian masalah yang berkaitan dengan keterbatasan.
“Kita tidak bisa bilang, ‘Saya enggak bisa melakukan ini dan itu, saya tidak bisa mencapai kesuksesan karena hambatan-hambatan ini.’ Tahu tidak? Semua hal pun punya hambatan,” tuturnya.
Baginya, seorang pemimpin harus memiliki resiliensi atau ketahanan menghadapi kesulitan, mengatasi hambatan, tahan stress, dan tetap mampu mengambil keputusan. Resiliensi terbentuk dari pengalaman dan kepribadian yang ada pada diri si pemimpin.
Itulah beberapa gaya kepemimpinan Satya Nadella yang patut dicontoh oleh wirausahawan muda.
(Nadya Kurnia)