INSPIRATOR

4 Mindset ala Robert Kiyosaki untuk Financial Freedom, Belajar dari Pola Pikir si Kaya

Kurnia Nadya 15/09/2023 16:14 WIB

Mindset ala Robert Kiyosaki dalam Rich Dad Poor Dad dapat ditiru untuk mempelajari literasi keuangan yang baik untuk persiapan masa depan.

4 Mindset ala Robert Kiyosaki untuk Financial Freedom, Belajar dari Pola Pikir si Kaya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Bagaimana mindset ala Robert Kiyosaki bekerja? Ia adalah penulis buku bertajuk ‘Rich Dad Poor Dad’, sebuah literasi keuangan yang mengulas tentang perbedaan pola pikir si miskin dan si kaya dalam pengelolaan keuangan. 

Topik tentang financial freedom, passive income, dan investasi mulai lazim diperbincangan di media sosial. Banyak anak muda mulai familiar dengan konsep dan esensi investasi untuk masa tua. 

Namun tak sedikit pula yang belum benar-benar menyadari bahwa kesadaran finansial berperan penting dalam kesejahteraan hidup di masa mendatang. Biasa terjadi, ketika usia masih produktif, orang merasa masih punya banyak waktu, sehingga tak memahami urgensi pengelolaan kekayaan sejak dini. 

Padahal, masa produktif untuk menghasilkan kekayaan yang stabil setiap bulan ada batasnya. Individu tak selamanya bekerja, saat pensiun ia akan berhenti menerima pendapatan bulanan. 

Oleh karena itu, penting untuk tetap memiliki sumber penghasilan setelah pensiun agar tak bergantung pada orang lain untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 

Dalam bukunya, Robert Kiyosaki banyak membahas perbedaan mindset antara orang kaya dan orang miskin. Dari situ dapat diketahui mengapa si kaya makin kaya, dan sebaliknya, orang dengan tingkat ekonomi biasa cenderung tetap pada posisi yang sama. 

Perbedaan mindset ini dapat menjadi pembelajaran untuk mencapai kemerdekaan finansial di masa mendatang, apa saja? 

Mindset Robert Kiyosaki 

Menghindari Liabilitas 

Tanpa literasi keuangan yang tepat, orang dapat terjebak dalam siklus pengeluaran yang tidak sehat. Kalangan poor dad cenderung memiliki pola pikir bahwa mereka harus bekerja untuk mendapatkan uang lebih banyak, agar mereka lebih leluasa untuk membeli sesuatu. 

Banyak kalangan kelas menengah yang terjebak dalam siklus konsumtif berulang. Membeli barang yang tidak perlu hingga terjebak utang. Sementara kalangan rich dad justru sebaliknya, mereka menghindari liabilitas alias utang. 

Mengubah Uang Menjadi Aset 

Uang yang didapat dialihkan menjadi aset. Uang hanyalah uang jika disimpan dalam rekening tabungan. Sebaiknya, uang diubah menjadi aset sehingga dapat menghasilkan pendapatan pasif. 

Contoh paling sederhana, alih-alih menabung biasa, uang bisa digunakan untuk membeli emas atau saham, sehingga nilainya terlindungi dari depresiasi. Beberapa tahun mendatang, nilai investasi akan berkembang. 

Menurut Kiyosaki, jenis aset yang membuat orang menjadi kaya adalah bisnis (yang tak mengharuskan kehadiran konstan), real estate, investasi pasar modal, dan komoditas (emas, perak, dll). 

Mencari Peluang 

Alih-alih terus mengejar uang, kalangan rich dad cenderung mencari peluang yang dapat menguntungkannya di masa depan. Dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki, seseorang dapat menggali dengan jeli peluang apa yang tersedia di hadapannya. 

Tak sedikit pebisnis muda berhasil mencetak kesuksesan karena piawai melihat peluang yang bisa dikelola menjadi bisnis yang menguntungkan. Bisnis yang bermula dalam skala kecil, perlahan-lahan membesar seiring waktu berjalan. 

Perlu diingat, sukses dalam hal ini tak mesti berarti sukses besar mendirikan unicorn. Usaha skala kecil dan menengah yang mampu berlanjut dan terus berkembang serta menghasilkan keuntungan pun layak disebut sukses. 

Menyingkirkan Mindset Negatif 

Kiyosaki menyimpulkan kalangan si kaya dan miskin juga memiliki perbedaan sudut pandang tentang banyak hal. Antara lain: ketakutan, arogansi, kemalasan, dan sinisme. Kedua kalangan ini sangat bertolak belakang dalam keempat hal di atas. 

Rich dad berani mengambil risiko karena mampu mengelola rasa takut dan ekspektasi, sementara poor dad cenderung enggan mengambil risiko karena terkekang oleh rasa khawatir atas ketidakpastian. 

Mindset soal pengambilan risiko ini berhubungan erat dengan lingkungan dan kondisi ekonomi tiap orang. Mereka yang terbiasa hidup dengan uang terbatas, umumnya kelewat sadar dan mengkhawatirkan risiko. 

Karena terlalu sering menghadapi konsekuensi dan risiko dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga rasa takut yang muncul karena terbiasa menghitung risiko, menghambatnya untuk mengambil peluang. Mengubah mindset ini pun bukanlah hal yang mudah. 

Arogansi juga menjadi faktor yang menghambat poor dad untuk terlepas dari jebakan pola pikirnya sendiri. Umumnya, orang yang arogan enggan untuk belajar karena merasa sudah tahu banyak hal. Padahal kenyataannya, masih banyak hal yang bisa ia pelajari. 

Hal ini kerap ditemui di kalangan orangtua, di mana mereka merasa yakin bahwa keputusannya dalam pengaturan keuangan sudah benar, dan enggan menerima masukan dan kritik dari anak-anaknya. 

Keempat mindset dasar dari Robert Kiyosaki ini dapat dipelajari dan dipraktikkan sejak dini untuk mulai mengatur masa depan. Hal yang dapat disimpulkan dari Kiyosaki, bahwa kesejahteraan masa depan berawal dari kesadaran untuk belajar dan memahami bagaimana uang mesti dikelola sebagai aset, bukan digunakan untuk dijadikan liabilitas. 

Demikianlah ulasan singkat tentang mindset ala Robert Kiyosaki dalam Rich Dad Poor Dad yang dapat dicontoh untuk financial freedom di masa depan. (NKK)

SHARE