6 Dasar Literasi Keuangan Robert Kiyosaki: Perbedaan Pola Pikir Miskin dan Kaya
Robert Kiyokasi memberikan dasar literasi keuangan yang bermanfaat dalam buku Rich Dad Poor Dad.
IDXChannel—Investor dan perencana keuangan Robert T. Kiyosaki membeberkan dasar literasi keuangan dalam bukunya yang berjudul Rich Dad Poor Dad. Buku itu ditulisnya berdasarkan pengalaman pribadinya.
Secara garis besar, buku itu menjelaskan pola pikir dua figur ayah—dalam hidupnya—tentang keuangan. Rich dad adalah ayah temannya, Mike, pebisnis retail yang tak tamat SMP. Sementara poor dad adalah ayah kandungnya, menyandang gelar Ph.D namun memiliki masalah keuangan.
Kedua figur ayahnya, uniknya, menggambarkan pola pikir dua kategori masyarakat, yakni yang memiliki pola pikir orang miskin dan yang memiliki pola pikir orang kaya. Kedua ayahnya ini pun banyak mempengaruhi cara pandangnya tentang keuangan.
Seperti apa dasar literasi keuangan yang disimpulkan Robert Kiyosaki dari dua figur ayahnya? Dilansir dari Gramedia.com (3/7), simak penjelasannya di bawah ini.
Dasar Literasi Keuangan Robert Kiyosaki
Ubah Pola Pikir
Umumnya, orang bekerja bertujuan untuk menghasilkan uang. Kiyosaki dididik sang ayah untuk belajar dengan giat agar lulus dengan nilai baik, demi mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang menarik. Seperti orang pada umumnya.
Sementara itu, ayah temannya tidak berpikir demikian. Ayah Mike bersedia mengajari Kiyosaki cara menjadi orang kaya, dengan syarat ia harus mau bekerja di anak usahanya dengan upah kecil.
Kiyokasi tentu tidak puas dengan gaji yang diterimanya dan mengeluhkannya kepada ayah Mike. Alih-alih dinaikkan gaji, ia malah ditawari untuk tetap bekerja namun tanpa upah. Pelajaran yang diambil Kiyosaki dari ayah Mike sangat berharga.
Menurutnya, emosi dasar manusia ketika berhadapan dengan uang adalah rasa takut dan keserakahan. Manusia akan bekerja karena takut tidak punya uang. Saat sudah punya uang, manusia akan ingin membeli banyak barang. Parahnya, bisa sampai terjerat utang.
Inilah yang digarisbawahi Kiyokasi, yakni bekerja untuk belajar dan berinvestasi pada diri sendiri, sehingga tidak terus menerus memikirkan uang (karena takut tidak punya uang) saat bekerja.
Belajar Literasi Keuangan Adalah Wajib
Banyak orang pintar yang pada akhirnya terkendala masalah finansial karena tidak memahami literasi keuangan mendasar. Tidak semua orang biasa mampu menjadi kaya. Uang yang banyak tanpa pemahaman tentang pengelolaan uang, akan berujung bencana.
Uang itu tak akan menghasilkan apa-apa, dan bisa habis sia-sia. Kiyokasi menjelaskan bahwa orang kaya mampu membedakan aset dan beban. Sederhananya, orang kaya menginvestasikan uang untuk sesuatu yang berguna.
Sementara orang miskin mempunyai beban pengeluaran, karena membeli beban yang dikiranya adalah aset. Contohnya, rich dad beranggapan rumah adalah beban, sementara poor dad akan menilai rumah adalah aset berharga.
Harga rumah memang naik, namun pemeliharannya tentu membutuhkan biaya, begitu juga pajak yang wajib dibayarkan. Sementara aset dapat menghasilkan uang secara berkala dan sifatnya pasif, yaitu bisa menghasilkan keuntungan tanpa bekerja. Contohnya, obligasi, saham, atau bisnis yang mampu berjalan sendiri.
Jika sudah memahami prinsip dasar tentang aset dan beban, selanjutnya seseorang harus mempelajari akuntansi, pasar, investasi, dan hukum.
Mempelajari Pajak
Pebisnis andal memiliki pengetahuan tentang hukum perpajakan dan korporasi. Para pebisnis dengan cerdas menggerakkan bisnisnya sehingga membayar pajak lebih sedikit secara legal.
Dengan memahami aturan perpajakan, seseorang bisa menginvestasikan dan mengelola uangnya ke dalam instrumen-instrumen yang aman dan lebih ringan sebelum masuk nominal pajak final.
Fokus pada Target Finansial Pribadi
Kiyokasi juga menyarankan agar seseorang fokus pada target kemandirian finansialnya sendiri tanpa memedulikan target-target orang lain. Ia juga menyarankan agar seseorang mempelajari ilmu manajerial untuk mengelola diri sendiri.
Keterampilan manajerial ini kelak sangat berguna untuk mengelola arus kas pribadi lebih baik dan cermat.
Berbisnis di Luar Profesi
Kiyokasi juga menganjurkan agar seseorang merintis bisnis di luar profesi utamanya. Tujuannya tak lain agar seseorang mendapatkan pendapatan tambahan yang bisa menambah jumlah aset (investasi).
Sementara penghasilan dari profesi utama dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan bulanan, penghasilan tambahan dari bisnis sampingan digunakan untuk menambah aset yang kelak dapat memperbesar peluang passive income.
Berinvestasi
Kiyokasi berkali-kali menekankan pentingnya investasi. Sebab dengan berinvestasi, uanglah yang akan bekerja untuk seseorang. Bukan sebaliknya, yakni orang bekerja untuk mendapatkan uang.
Investasi yang dimaksud Kiyokasi tidak semata hanya tentang menempatkan uang pada instrumen yang berpotensi menghasilkan keuntungan, namun juga bergaul dengan orang-orang yang tepat, yang memberikan banyak ilmu bermanfaat.
Demikianlah dasar literasi keuangan yang dijelaskan oleh Robert T. Kiyosaki dalam buku Rich Dad Poor Dad yang laris manis. Literasi tentang pengelolaan uang penting untuk dimiliki seseorang. (NKK)