Anak Tukang Becak Jadi Bos Mayapada Group, Ini Kisah Dato Sri Tahir
Menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia tentunya perlu usaha dan kerja keras yang kuat.
IDXChannel – Menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia tentunya perlu usaha dan kerja keras yang kuat. Kegigihan yang dilakukan Dato Sri Tahir tentunya menjadi inspirasi bagi masyarakat di Indonesia.
Dilansir dari Globe Asia, Kamis (23/12/2021), nama Dato Sri Tahir kini tak asing di telinga masyarakat Indonesia, karena ia dikenal sebagai konglomerat dan pendiri dari Mayapada Group. Beliau diketahui telah masuk ke dalam daftar 150 Orang Terkaya di Indonesia versi Globe Asia pada 2018 dengan posisinya di urutan ke-10 dan memiliki kekayaan mencapai Rp30,7 triliun.
Mayapada Group diketahui juga mengepalai sejumlah perusahaan ternama seperti Mayapada Hospital, Bank Mayapada, Faimont Hotel Bali, Menara Topas, Forbes Indonesia hingga ELLE Indonesia. Dengan hati yang dermawan, ia juga disebut sebagai salah satu filantropis asal Indonesia yang masuk dalam organisasi Bill & Melinda Gates Foundation. Untuk meneruskan kegiatan amal yang ia galang, Dato Sri Tahir membangun sebuah yayasan nirlaba dengan nama Tahir Foundation.
Mengutip Finansialku, Kamis (23/12/2021), melalui yayasan nirlabanya dengan nama Tahir Foundation, Dato Sri Tahir sempat memberikan sumbangan hingga Rp950 miliar untuk aksi amal penanggulangan TBC, HIV, dan juga malaria di Indonesia. Dan ia juga sempat membantu para nelayan dan petambak yang kala itu sedang merugi akibat banjir dengan menggelontorkan uang sebesar Rp100 miliar.
Dibalik kesuksesannya saat ini, Datok Tahir pernah melalui kehidupan yang sulit. Tahir dibesarkan oleh seorang ayah yang berprofesi sebagai seorang juragan becak, dan sang ibu yang menjaga sebuah toko kecil. Dengan kondisi kehidupannya yang memiliki keterbatasan ekonomi, Datok Tahir terus bekerja keras dan belajar demi menggapai cita-citanya yaitu kuliah di bidang kedokteran.
Dalam berbagai wawancara, Datok Tahir mengungkapkan bahwa cita-citanya kandas setelah sang ayah jatuh sakit dan tidak bisa membiayai kehidupan keluarganya saat itu. Hal itu menjadikan Dato Sri Tahir harus fokus untuk melanjutkan usaha sang ayah dan tidak melanjutkan pendidikan kuliahnya.
Saat usia Datok Tahir ke-20 tahun, ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura, dan ia juga memanfaatkan waktunya untuk berjualan barang yang dia beli di sana untuk dijual kembali di Surabaya.
Usai lulus kuliah di Singapura, Datok Tahir memulai bisnis garmen dengan ketekunan dan pada akhirnya bisnis tersebut membuahkan hasil. Dengan modal nekat, Dato Sri Tahir membangun Mayapada Group pada 1986 dan merambah ke berbagai bisnis lainnya seperti dealer mobil, perbankan, hingga kesehatan. (SNP)