INSPIRATOR

Cerita Amanda Duong, Wanita yang Bekerja Menjadi Operator Alat Berat

Kurnia Nadya 31/10/2024 19:59 WIB

Amanda Duong telah bekerja sebagai operator alat berat sejak usia 18 tahun. Dari pekerjaan itu, Duong menerima penghasilan Rp1,01 miliar per tahun.

Cerita Amanda Duong, Wanita yang Bekerja Menjadi Operator Alat Berat. (Foto: Instagram/Amanda Duong)

IDXChannel—Amanda Duong adalah wanita yang bekerja menjadi operator grader, atau mesin alat berat yang biasa digunakan dalam proyek-proyek konstruksi. Dia meninggalkan perkuliahan untuk bekerja sebagai operator alat berat

Duong berasal dari Saskatoon, Kanada, dan berusia 28 tahun. Dia telah bekerja di situs-situs konstruksi sejak usia 18 tahun. Mulanya, dia bekerja untuk mengisi waktu libur musim panas. 

Namun dia memutuskan untuk meninggalkan kuliahnya di jurusan biokimia untuk bekerja sepenuhnya. Melansir Dailystar (31/10), saat ini Amanda Duong mencatatkan penghasilan senilai GBP50.000 per tahun. 

Penghasilan itu mencapai Rp1,01 miliar per tahun jika dikonversi ke rupiah. Pekerjaan ini bukannya mudah. Sejak pertama kali bekerja sebagai operator grader, Amanda Duong mengaku kerap menerima perlakuan buruk yang seksis dan diskriminatif dari orang-orang di situs konstruksi. 

Dia mengaku merasa dianggap sebagai ‘token’, yang dipekerjakan agar perusahaan tampak profesional dari luar. Namun pada praktiknya, dia menerima perlakuan yang berbeda dengan rekan-rekannya yang laki-laki.  

Lingkungan kerja konstruksi umumnya memang diisi oleh laki-laki, sehingga Amanda tampak tidak biasa di lokasi kerjanya. Oleh sebab itu, awalnya kedua orang tuanya pun tidak setuju dengan keputusannya untuk bekerja sebagai operator grader. 

Beberapa contoh perlakuan yang sering diterimanya adalah godaan-godaan atau candaan bersifat perundungan yang didengarnya dari radio, yakni alat komunikasi yang umum digunakan dalam situs konstruksi. 

Selain itu, Amanda juga pernah dihampiri oleh seorang laki-laki yang kemudian mengatakan bahwa dia tidak menginginkan perempuan di pekerjaan ini, dan mempertanyakan mengapa perusahaannya mengirimkan operator perempuan ke lapangan. 

Amanda akhirnya terpaksa meninggalkan situs konstruksi tersebut setelah konfrontasi tersebut tidak berhasil diselesaikan baik-baik, meskipun dia telah menghubungi supervisornya untuk bantuan. 

Ada juga laki-laki yang merundung nama belakangannya, lalu menginisiasi perkelahian fisik, yang pada akhirnya berhasil dicegah oleh beberapa teman laki-lakinya yang lain. 

Meskipun tantangannya tidak mudah, Amanda tetap yakin dengan pilihan kariernya. Dia meninggalkan kuliah pada tahun ketiga, pada saat itu Amanda merasa tidak cocok dengan pilihan jurusan biokimia.

“Saya makin yakin untuk bekerja sepenuhnya setelah empat tahun. Saya sangat menikmati, akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah,” kata Amanda dalam podcast Buzzsprout. 

Amanda mengikuti beragam training yang disediakan oleh perusahaannya hingga benar-benar mahir mengoperasikan alat berat untuk tugas-tugas di situs konstruksi. 

Amanda kini telah menjadi contoh dan insprasi bagi wanita-wanita lain yang juga memiliki ketertarikan pada dunia konstruksi, tetapi tidak percaya diri dan tidak berani untuk memulai. 

Itukah kisah wanita yang bekerja menjadi operator alat berat

(Nadya Kurnia)

SHARE