INSPIRATOR

Cerita Eks Buruh Pabrik Rokok Jadi Wirausahawan Sukses di Bidang Kerajinan Batik

Kurnia Nadya 21/08/2024 19:36 WIB

Naomi Susilowati Setiono adalah wirausahawan sukses di bidang kerajinan batik. Dia adalah salah satu sosok yang menghidupkan kembali industri batik Lasem.

Cerita Eks Buruh Pabrik Rokok Jadi Wirausahawan Sukses di Bidang Kerajinan Batik. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Naomi Susilowati Setiono adalah wirausahawan sukses di bidang kerajinan batik. Dia adalah salah satu sosok yang menghidupkan kembali industri batik Lasem setelah bertahun-tahun vakum. 

Sesuai namanya, batik Lasem berasal dari sebuah kawasan pecinan di kecamatan (Lasem) di Kabupaten Rembang. Coraknya merupakan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa, dan kerap disebut sebagai batik pesisir. 

Batik pesisir adalah jenis batik yang dihasilkan dari kontak budaya antara Jawa, Arab, Tionghoa, dan Eropa. Beberapa kota yang menyimpan tradisi batik ini adalah Banten, Batavia, Cirebon, Pekalongan, Lasem, Surabaya, dan Pasuruan. 

Kain batik Lasem bisa dijual dengan harga tinggi, yakni mencapai jutaan rupiah. Naomi dan puluhan pencanting yang bekerja dengannya kini mampu menghasilkan ratusan potong kain per bulannya. 

Namun perjalanan Naomi menghidupkan kembali industri batik di Lasem tidaklah mudah. Sebab sebelumnya dia menjalani kehidupan yang sulit. Melansir Finansialku (21/8), Naomi keturunan Tionghoa dengan keluarga yang cukup terpandang. 

Dia mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Apoteker Theresiana, Semarang. Namun pada 1980, dia pernah terkena masalah hingga dikucilkan dan diusir oleh keluarganya, membuatnya pindah ke Kudus untuk memulai kehidupan baru. 

Naomi yang saat itu berusia 21 tahun, bekerja serabutan untuk menyambung hidup. Dia menekuni beragam jenis pekerjaan, bahkan rela bekerja kasar. Dia pernah menjadi buruh cuci, dan siapa sangka, Naomi pernah bekerja sebagai buruh di pabrik Djarum

Naomi bekerja sebagai buruh pemotong batang rokok saat itu, dengan upah Rp375 per hari. Karena kurang cekatan, upah yang diterimanya tidak sebanyak upah teman-temannya yang lebih senior dan ahli memotong rokok berkarung-karung. 

Selain menjadi buruh cuci dan buruh pabrik rokok, Naomi juga pernah nekad bekerja sebagai kernet bus rute Semarang-Lasem. Beberapa saat kemudian, barulah Naomi menemukan pekerjaan yang dia sukai, yakni buruh perajin batik. 

Orang tuanya meminta Naomi untuk kembali, yang meskipun tidak disambut hangat, tetap dipatuhinya. Naomi menerima cemoohan saat kembali, dia juga tidak diperbolehkan masuk ke rumah besar. 

Alasan orang tuanya memanggil adalah untuk meneruskan usaha batik yang terancam mati suri tanpa penerus. Sementara orang tua dan adik-adiknya pindah ke ibu kota, Naomi menetap kembali di Lasem untuk menghidupkan kembali usaha batik Lasem. 

Dia mulai mempelajari batik Lasem. Mulai dari corak, teknik pencantingan, mendesain, dan sebagainya. Naomi kembali memanggil perajin dengan kinerja baik yang dulu pernah bekerja pada orang tuanya. 

Dia menggunakan pendekatan kekeluargan untuk mengubah sistem kerja di sana. Naomi mempersilakan karyawannya untuk beribadah sesuai kepercayaan masing-masing, dan menerapkan sistem kekeluargaan tanpa hierarki atasan-bawahan. 

Dari sinilah, Naomi meniti kesuksesannya mengasuh Batik Tulis Tradisional Laseman Maranatha hingga saat ini. Itulah kisah wirausahawan sukses di bidang kerajinan batik. 


(Nadya Kurnia)

SHARE