INSPIRATOR

Cerita Inspiratif Lo Kheng Hong: Berani Investasi saat Wabah Flu Burung, Cuan Ratusan Miliar

Kurnia Nadya 22/08/2023 18:02 WIB

Lo Kheng Hong mendulang untung dari pasar modal berkat strategi investasi serta perhitungan fundamental yang benar dan berani masuk ke pasar di saat krisis.

Cerita Inspiratif Lo Kheng Hong: Berani Investasi saat Wabah Flu Burung, Cuan Ratusan Miliar. (Foto: MNC Media)

IDXChannelCerita inspiratif Lo Kheng Hong dalam berinvestasi tak pernah habis diulas. Kisahnya membukukan keuntungan dari pasar modal diacungi jempol, bahkan menjadi pembelajaran bagi investor-investor pemula. 

Lo Kheng Hong dikenal dengan seleranya menggunakan cara ‘value investing’, di mana seorang investor membeli saham di bawah harga wajarnya, atau yang kerap disebut sebagai saham ‘undervalued.’ 

Dengan strategi investasi yang demikian, value investor otomatis berpegang teguh pada angka Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV), di samping analisa fundamental yang cermat. 

Lo Kheng Hong pun seperti itu, ia membeli saham dengan angka PER yang rendah. Ia pertama kali mencetak keuntungan miliaran rupiah saat berinvestasi di saham PT United Tractor Tbk (UNTR). 

Investor yang akrab dipanggil Pak Lo ini membeli UNTR di harga Rp250 per saham, saat harga tengah anjlok karena krisis moneter global yang turut menghantam perekonomian Indonesia. 

UNTR saat itu merugi karena nilai tukar mata uang asing yang melemah, namun Lo Kheng Hong yakin bisnis UNTR akan kembali pulih seiring perbaikan ekonomi. Sebab UNTR memiliki fundamental yang bagus, tata kelola usahanya pun dianggap sehat. 

Benar saja, selang enam tahun kemudian, harga UNTR melonjak hingga menyentuh level Rp15.000-an per lembar saham. Otomatis nilai investasi Pak Lo tumbuh ribuan persen, dan ia berhasil mencatatkan keuntungan puluhan miliar. 

Masih ada cerita kesuksesan investasi Pak Lo di saham lain, yakni pada emiten bernama PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), yang saat itu masih beroperasi sebagai entitas terpisah dari induk usahanya, yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). 

MBAI adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan ayam. Dilansir dari blog Lukas Setia Atmaja, Pak Lo membeli saham MBAI sebanyak 6,2 juta lembar, dibelinya seharga Rp250 per saham. 

Saat itu, menurut Pak Lo, dilihat dari angka PER-nya, harga MBAI sudah sangat murah. Namun tak banyak investor melirik, pemegang sahamnya malah menjual kepemilikannya beramai-ramai karena waktu itu tengah terjadi wabah flu burung. 

Masyarakat berhenti makan ayam, sehingga penjualan MBAI otomatis menurun. Namun Pak Lo justru berani masuk ketika investor lain melepas kepemilikannya. Berkat analisa fundamentalnya yang cermat terhadap historis performa keuangan MBAI, Pak Lo yakin kinerja emitennya akan membaik. 

Lo Kheng Hong membeli saham MBAI secara bertahap, lantas mendiamkannya selama beberapa tahun. Benar saja, kinerja MBAI mulai membaik setelah wabah flu burung mereda dan konsumsi masyarakat membaik. 

Penjualannya pada periode 2006-2011 tumbuh hingga 19% per tahun. Laba bersihnya pun tumbuh positif tiap tahun. Pak Lo mengeluarkan modal Rp1,55 miliar saat membeli saham MBAI, saat ia menjual kepemilikannya pada 2011, harga sahamnya sudah di level Rp31.500 per saham. 

Nilai investasinya lagi-lagi meningkat ribuan persen. Dalam enam tahun, Pak Lo kembali mencatatkan keuntungan keduanya senilai ratusan miliar rupiah. Ia menjual kepemilikannya saat itu karena harga MBAI sudah jauh di atas nilai instrinsiknya, selain itu MBAI juga melakukan aksi merger dengan induk usahanya. 

Dari cerita investasi Lo Kheng Hong ini, bisa diambil pelajaran bahwa krisis tak selamanya berarti ancaman. Bagi sebagian orang yang mampu melihat peluang, krisis justru bisa menjadi kesempatan. 

Itulah cerita inspiratif Lo Kheng Hong, valu investor yang berani membeli saham di saat krisis. (NKK)

SHARE