Cerita Inspiratif Ruth Handler: Ide Boneka ‘Barbie’ Sempat Ditolak Jajaran Eksekutif Mattel
Eksekutif Mattel sempat menolak usulan peluncuran boneka Barbie karena menganggap pasar tidak 'memerlukan' Barbie.
IDXChannel—Cerita inspiratif tentang Ruth Handler sangat menarik untuk diulas. Ia adalah salah satu sosok penting di balik pendirian Mattel Inc., perusahaan yang meluncurkan Barbie, boneka teman masa kecil anak-anak perempuan di seluruh dunia.
Sebelum meluncurkan boneka Barbie, Handler menjalankan bisnis furnitur bersama sang suami, Elliot Handler. Namun usai Perang Dunia II, penjualan furnitur merosot, hingga mereka akhirnya mencoba memproduksi mainan.
Namun sebelum berbisnis mainan, Ruth Handler melihat potensi pengembangan bisnis bersama Harold ‘Matt’ Matson. Dari sanalah nama Mattel terbentuk, ialah gabungan dari nama suaminya, Elliot, dan ‘Matt’, rekan bisnisnya.
Peluncuran boneka Barbie melewati banyak lika-liku. Pada masanya, boneka mainan yang lazim untuk anak perempuan adalah boneka bayi. Sementara Barbie adalah boneka berbadan wanita dewasa.
Namun, Ruth Handler bersikeras meyakinkan para eksekutif Mattel untuk tetap meluncurkan boneka tersebut. Walaupun sempat menerima sambutan yang ‘datar’ dari tamu yang hadir dalam acara peluncuran, nyatanya Barbie berhasil menjadi boneka paling laris saat itu.
Bagaimana kisah Ruth melahirkan ‘Barbie’ ke dunia nyata? Dihimpun dari berbagai sumber, simak ulasannya di bawah ini.
Cerita Inspiratif Ruth Handler: Namai Barbie dan Ken dari Nama Anak Sendiri
Saat mulai memproduksi mainan, Mattel tak langsung membuat Barbie. Perusahaan itu lebih dulu membuat mainan untuk anak laki-laki, terutama mainan tembak-tembakan. Saat itu, Handler mulai menyadari bahwa pilihan mainan untuk anak-anak perempuan sangat terbatas.
Dalam dokumenter Netflix berjudul ‘The Toys That Made Us’, Ruth menjelaskan bahwa putranya—Ken—punya banyak pilihan mainan. “Dia bisa membayangkan dirinya menjadi pemadam kebakaran, astronot, koboi, dan dokter bedah,” tutur Ruth.
Mainan-mainan anak laki-laki itu, menurut Ruth, menawarkan imajinasi tak terbatas soal masa depan untuk anak laki-laki. Sementara mainan untuk anak perempuan saat itu hanyalah boneka kertas yang pakaiannya bisa dibongkar dan dipasang.
Mainan boneka kertas semacam ini pun sempat terkenal pada era 1990-an di Indonesia. Banyak anak-anak perempuan usia SD membeli mainan ini sepulang sekolah dan memainkannya di sore hari.
Dari situlah, Ruth terinspirasi untuk membuat mainan boneka untuk anak perempuan. Ia mendapatkan inspirasi desain boneka dari boneka Lilli, boneka tiga dimensi dari Jerman yang pakaiannya bisa dibongkar pasang juga seperti boneka kertas.
Ruth mengamati anak perempuannya—Barbara—bermain dengan boneka kertas tersebut. Asal tahu saja, Ruth menamai Barbie dan Ken dari nama anak-anaknya sendiri, yakni Barbara dan Ken.
Mattel akhirnya membeli paten dan hak cipta boneka Lilli itu pada 1964. Perjalanan Barbie dimulai di sini. Dalam dokumenter Netflix yang sama, diceritakan bahwa jajaran eksekutif Mattel sempat menolak ide pembuatan boneka Barbie saat Ruth dan rekannya mengusulkannya.
Para eksekutif tidak melihat ‘urgensi’ untuk membuat mainan seperti Barbie. Menariknya, desainer-desainer wanita yang bekerja di Mattel justru sangat menyukai Barbie. Namun akhirnya Ruth berhasil meyakinkan para eksekutif untuk membawa Barbie ke Toy Fair di New York pada 1959.
Namun sayangnya, animo penyambutan Barbie saat itu kurang meriah. Sebab para tamu eksekutif dan investor undangan acara itu kebanyakan laki-laki. Mereka semua tidak mengerti mengapa Mattel membuat boneka yang terlalu sensual, tidak seperti boneka-boneka bayi pada umumnya.
Mereka beranggapan istri-istri mereka di rumah tak bakal mau membeli Barbie, boneka dengan tubuh wanita dewasa, untuk anak-anak perempuan mereka di rumah. Padahal menurut Ruth, bentuk tubuh Barbie sebagai wanita dewasa justru penting agar anak perempuan mereka ‘dekat’ dengan Barbie.
Namun berkat kejelian Ruth melihat potensi bisnis dan mendorong produksi boneka tersebut, Barbie akhirnya benar-benar meledak di pasaran. Pada 1959, Mattel menjual 351.000 boneka dalam setahun.
Permintaan Barbie saat itu sangat tinggi, sampai-sampai Mattel harus membuka pabrik dan gudang baru untuk menambah kapasitas produksi.
Barbie dilahirkan dengan ide bahwa anak-anak perempuan bisa membayangkan dirinya menjadi apa saja saat bermain dengan Barbie. Lewat beragam jenis pakaian yang bisa diganti-ganti, Barbie bisa menjadi wanita dengan beragam jenis karier.
Saat ini, Barbie telah diproduksi menjadi film live action yang disutradarai oleh Greta Gerwig. Film ini pun meledak di pasaran, karena membawa nostalgia untuk banyak penonton perempuan.
Dalam pembukaan pekan pertamanya, film Barbie mencetak penjualan tiket hingga ratusan juta dolar AS, melampaui biaya produksinya. Sehingga film itu sudah mencapai titik break even dalam pekan pertamanya.
Demikianlah cerita inspiratif Ruth Handler, pencipta dan sosok penting di balik lahirnya boneka Barbie yang kini mendunia. (NKK)