INSPIRATOR

Kekayaan Pendiri Astra International, Kisah Sukses Soeryadjaya Meski Pernah Tak Naik Kelas

Kurnia Nadya 21/02/2023 19:41 WIB

William Soeryadjaya mendirikan Astra International dan mengelola perusahaannya dengan mengutamakan kualitas SDM karyawannya.

Kekayaan Pendiri Astra International, Kisah Sukses Soeryadjaya Meski Pernah Tak Naik Kelas. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Pendiri PT Astra International Tbk adalah mendiang William Soeryadjaya atau Tjia Kian Liong. Meskipun William telah berpulang pada April 2010, kekayaan yang ia tinggalkan membuat penerusnya masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia versi Forbes. 

Penerus William Soeryadjaya tak lain adalah Edwin Soeryadjaya atau Tjia Han-pun, putra kedua William. Menurut catatan Forbes, total kekayaan Edwin Soeryadjaya dan keluarganya mencapai USD1,8 miliar, setara dengan Rp27,33 triliun. 

Astra sempat ambruk saat bisnis perbankan yang didirikan dan dikelola oleh Edward Soeryadjaya, putra sulung William, bangkrut dan saat itu dilikuidasi pada zaman orde baru. 

William melepas 100 juta lembar saham Astra untuk melunasi kewajiban bank milik Edward kepada nasabah-nasabahnya, juga untuk menyelamatkan nama baik keluarga Soeryawidjaya. 

Edwin turut membantu memperbaiki nama baik dan keuangan keluarganya dengan membentuk Saratoga Investama Sedaya bersama Sandiaga Uno pada 1997. Perusahaan ini bergerak di bidang investasi dan memiliki saham di beberapa perusahaan, termasuk PT Adaro Energy Tbk dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. 

Cara William Mengelola Astra International

William mendirikan mendirikan PT Astra bersama adik dan temannya pada 1957. Mulanya, perusahaan itu bergerak di bidang perdagangan dengan memasarkan minuman ringan dan mengekspor hasil bumi. 

Pergeseran bisnis ke sektor otomotif baru terjadi pada 1968. Astra saat itu mendatangkan truk dari luar negeri ke Indonesia dan setelahnya bisnis Astra mulai berkembang pesat. Belasan perusahaan bernaung di bawah bendera Astra. 

William menerima pekerja lokal tanpa tebang pilih. Ia bahkan mempekerjakan penduduk lokal untuk mengisi jabatan di tingkat manajerial. Ia juga mementingkan upskill, atau pengembangan kualitas karyawan, lewat program training dan beasiswa. 

Banyak karyawan ia kirimkan ke luar negeri untuk belajar. Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa adalah beberapa negara yang ia pilih sebagai tempat belajar karyawan-karyawan Astra. 

William sendiri dulunya bukanlah orang kaya raya. Ia terlahir dari keluarga yang sederhana, datang ke Indonesia untuk mencoba peruntungan dengan mendirikan usaha. Ia adalah anak laki-laki pertama di keluarganya, meskipun ia adalah anak kedua dari enam bersaudara. 

Kedua orangtua William meninggal dunia saat ia masih remaja. Membuat William harus melanjutkan usaha ayahnya yang saat itu adalah penjualan hasil bumi. William mewarisi bakat bisnis dari ayahnya. 

Ia sangat menyukai pelajaran ekonomi dan tata buku. Namun siapa sangka, ia pernah dua kali tidak naik kelas saat bersekolah, yakni saat ia bersekolah di Hollands Chinesche Zendingsschiil di Majalengka, dan kedua kalinya saat di MULO, Cirebon. 

Namun cukup dengan ilmu yang amat disukainya itu, William mampu mendirikan usaha yang hingga saat ini masih berjalan baik. Bahkan menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. 

Demikianlah sepotong kisah tentang pendiri Astra International, William Soeryadjaya, yang mengelola Astra dengan mengutamakan peningkatan sumber daya manusia para karyawannya. (NKK)

SHARE