INSPIRATOR

Kisah Inspiratif Chen Haixun, Bocah Miskin 9 Tahun Urus Ibu yang Menderita Gangguan Jiwa

Kurnia Nadya 09/02/2023 12:50 WIB

Chen Haixun adalah gadis kecil yang sangat berbakti pada orang tuanya meskipun tak pernah menerima kasih sayang utuh dari ayah dan ibunya.

Kisah Inspiratif Chen Haixun, Bocah Miskin 9 Tahun Urus Ibu yang Menderita Gangguan Jiwa. (Foto: MNC Media)

IDXChannelKisah inspiratif kali ini datang dari satu desa di daerah pegunungan China. Chen Haixun, seorang anak kecil berusia sembilan tahun, mengambil alih seluruh tugas rumah tangga untuk membantu orang tuanya sebab ibunya menderita gangguan jiwa

Cerita soal kehidupan Haixun diliput oleh media setempat, saat itu usianya masih sembilan tahun. Adapun tayangan soal Haixun diunggah oleh channel Youtube Gurumandarin pada 2015, yang artinya, kini Haixun sudah menginjak usia remaja. 

Pada tayangan itu, Haixun tampak telah beraktivitas sejak pagi-pagi saat cuaca tengah dingin. Haixun tinggal bersama kedua orang tuanya. Sang ayah tak punya pekerjaan tetap, ia akan datang kepada siapa pun yang membutuhkan tenaga bantuan. 

Sang ayah saat itu bekerja sebagai kuli angkut gelonggongan kayu. Ia mendapat bayaran hanya 50 yuan untuk memuat satu truk pickup dengan kayu-kayu gelonggongan besar. Asal tahu saja, total muatan truk itu adalah 8 ton. 

Saat sang ayah sedang tidak bekerja, maka dia akan mengajak Haixun untuk memotong bambu di hutan dan mencari bambu-bambu kecil untuk dimakan. Haixun sekeluarga sering makan hanya dengan rebung. 

Sementara sang ibu menderita gangguan jiwa, namun tak jelas penyebabnya apa. Menurut penduduk desa, ibu Haixun dulunya sangat cantik, bisa menari dan menyanyi. Ia bahkan dijuluki sebagai kembang desa. Namun begitu ia bekerja di kota, ia menderita gangguang jiwa setelah pulang ke desanya. 

Karena kondisi ibunya yang tidak stabil. Mau tak mau Haixun lah yang harus mengurus semua pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci pakaian dan menyiapkan makanan untuk sekeluarga. Keluarga Haixun selalu makan dengan menu seadanya, dan hanya makan daging saat Imlek. 

Perlu diingat pula, keluarga Haixun tinggal di pedesaan dan di rumah yang bobrok. Mereka tidak memiliki peralatan masak yang canggih. Gadis kecil itu masih memasak menggunakan tungku api dan kuali besar. Ia juga pintar memotong sayur dengan pisau besar.

Haixun sudah bisa mencuci pakaian saat ia masih berusia tujuh tahun, ayahnya lah yang mengajari. Saat ditanya reporter apakah ayahnya menyuruhnya untuk mencuci pakaian, Haixun menjawab ‘tidak.’

“Papa tidak menyuruhku. Aku sendiri yang mau, karena papa pulang selalu kecapekan. Kalau pulang bajunya kotor,” tutur Haixun. 

Haixun pun pernah mengalami hal tidak mengenakkan dengan ibunya. Ibunya yang tidak stabil itu pernah satu waktu tidak mengonsumsi obat yang wajib diminum. Sang ibu menjadi tidak stabil, terbangun tengah malam dan melempar Haixun yang masih kecil ke kolam. 

“Di luar sangat dingin saat itu, aku hampir mati di kolam. Tapi papa membawaku ke rumah sakit cepat-cepat,” lanjut Haixun. 

Meskipun ibunya tidak stabil, Haixun tak sedikitpun marah pada sang ibu. Ia juga sering dihina dan diledek oleh teman-teman sebayanya. Tapi ia tetap menyayangi dan memahami kondisi ibunya. 

Setiap dua atau tiga hari sekali, Haixun akan mencuci rambut ibunya. Saking miskinnya, Haixun sekeluarga harus mencuci rambut dengan deterjen. Karena mereka tak mampu membeli shampoo rambut. 

Ibunya harus meminum berbutir-butir obat agar mentalnya stabil. Jika kumat parah, emosi ibunya tidak stabil. Cepat marah, melempar barang ke orang lain, juga merebut barang dari orang lain. 

Haixun memang sukarela mengurus ibu dan ayahnya, namun ia tetap berharap suatu saat ibunya bisa sembuh. Jika suatu saat ibu sembuh, kata Haixun, ia ingin ibunya memasak untuknya. 

“Karena setiap ibu pasti memasak untuk anak-anaknya. Aku ingin merasakannya,” kata Haixun. 

Dalam video berdurasi nyaris setengah jam itu juga para reporter menampakkan perjuangan Haixun untuk mencegah ibunya turun ke desa saat kondisinya kurang stabil. Sang ibu terus berontak dan mendorong Haixun dengan kasar. 

Haixun yang terus berusaha menahan ibunya mulai merasa lelah dan akhirnya menangis sembari menemani ibunya turun ke desa. Banyak hal yang ia katakan pada ibunya, namun Haixun tahu semuanya sia-sia. 

“Jika keluarga punya rasa. Rasa keluargaku adalah asin. Aku menangis rasanya asin, keringat ayah rasanya asin. Tapi keluarga pernah terasa manis, yaitu waktu ibu tidak kambuh dan ayah memujiku,” kata Haixun. 

Itulah sekilas kisah inspiratif Chen Haixun, seorang anak yang sangat berbakti pada orang tuanya, meskipun ia tak pernah menerima kasih sayang yang penuh dan lengkap dari keduanya. (NKK)

SHARE