Kisah Inspiratif Importir Bunga, Setir Truk Sendiri Jajakan Produk Berbekal Yellow Pages
Merry Anwar berhasil melakoni bisnis berisiko tinggi selama 20 tahun.
IDXChannel—Melakoni bisnis distributor bunga berisiko tinggi, banyak tantangan yang mesti dihadapi si pengusaha. Namun Merry Anwar berhasil mengembangkan bisnis ini sejak 20 tahun lalu hingga hari ini. Kisah inspiratif perjalanan bisnis Merry ini ditayangkan di IDXChannel segmen Women’s Talk.
Merry Anwar adalah pendiri Flomart, toko yang menjual bunga-bunga segar impor dari mancanegara. Bunga yang dijual Merry adalah bunga kering dan segar, dibanderol seharga paling murah Rp5.000 hingga Rp500.000/tangkai. Klien-klien Flomart adalah florist dan dekorator.
Bisnis bunga segar tidak seperti bisnis barang konsumer lainnya. Barang kebutuhan sehari-hari seperti perlengkapan perawatan tubuh, minuman, dan makanan instan, dapat disimpan selama beberapa bulan hingga kadaluwarsa.
Sementara bunga segar punya usia yang sangat pendek. Sehingga, pebisnis tidak dapat menyimpan bunga-bunga itu dalam waktu yang sangat lama. Merry pun demikian, namun ia mengakalinya dengan membangun ruangan pendingin sehingga bunga dapat bertahan selama dua minggu.
“Kalau sudah tidak layak akan saya keluarkan dari stok dan hancurkan. Mungkin tren warna waktu itu tidak cocok, tapi saya sebagai pemasok bunga ya siapkan yang ada. Ini risiko bisnis,” tuturnya.
Jika bunga sudah tidak layak, Merry biasanya memberikan bunga-bunga itu kepada orang yang membutuhkan. Namun dengan batasan, bunga tersebut harus masih bisa dinikmati setidaknya selama tiga hari ke depan.
Tantangan kedua yang harus dihadapi Merry adalah ketergantungan pada maskapai penerbangan. Bunga-bunganya didatangkan dengan pesawat, sehingga ia harus memastikan dengan cermat kapan pesawat yang mengangkut barangnya tiba.
“Paling sulit itu bunga segar harus pakai pesawat, tidak bisa pakai kontainer. Kita tidak bisa atur, airlines juga bisa terkendala cuaca. Saya harus bisa memprediksi kapan bunga harus datang, agar klien yang sudah pesan dapat barangnya,” lanjut Merry.
Merry sendiri mendatangkan bunga dari banyak negara, paling jauh ia datangkan anyelir dari Kolombia. Namun tak semua bunga yang ia jual adalah impor, banyak jenis daun dan bunga ia datangkan pula dari dalam negeri. Bunga yang diimpornya adalah jenis bunga yang tidak bisa dikembangkan di Indonesia.
Tantangan ketiga yang harus dihadapinya adalah permintaan pasar yang tidak stabil. Bunga adalah kebutuhan yang sangat spesifik, biasa dibutuhkan pada momentum tertentu saja. Misalnya seperti pernikahan, ulang tahun, perayaan, atau kematian.
Ada kalanya Merry memiliki sangat banyak stok bunga, namun kebutuhan klien tidak banyak. Namun nyatanya, dengan risiko yang besar ini Merry berhasil menjaga bisnisnya selama 20 tahun.
Kisah Inspiratif Pendiri Flomart: Mulanya Bekerja di Perbankan
Merry Anwar sendiri mulanya adalah seorang pegawai di instansi perbankan. Ia pernah bekerja di luar negeri, dan pulang ke Indonesia pada 1999. Satu tahun setelahnya ia mendapatkan proposal investasi untuk bisnis florist.
“Berjalan satu tahun, rasanya lambat sekali perkembangannya. Saya putuskan berhenti dari kantor, lalu terjun ke bisnis bunga. Dulu saya punya florist, tapi tidak berjalan lama karena saya bukan orang yang pandai merangkai bunga,” tutur Merry.
Merry menyukai bunga, namun mengaku tidak berbakat menata letak bunga-bunga. Sehingga ia memutuskan untuk menjadi pemasok bunga. Saat itu, ia memanfaatkan varietas bunga di Indonesia yang tidak banyak.
Akhirnya, Merry pun nekat mencoba untuk mengimpor bunga. Bertepatan dengan booming internet, komunikasinya dengan penjual di luar negeri pun lancar, dan bisnisnya mulai melaju. Awalnya, ia hanya mampu mendatangkan dua boks bunga.
“Saya jajakan itu bunga, saya setir truk sendiri lalu cari customer pakai Yellow Pages. Enam bulan pertama, modal ngucur terus. Tapi puji tuhan, bulan ketujuh secara operasional saya bisa break even,” jelasnya.
Dari bisnis ini juga Merry bertemu dengan suaminya di Belanda. Ia mengaku mendapatkan dukungan penuh dari suami dan keluarganya, terlebih sang suami berasal dari negara dengan komoditas bunga yang besar.
“Harus commit dan harus tekun. Harus rajin, cari apa yang bisa dilakukan agar bisnis itu lancar,” terangnya.
Ia berharap pekebun Indonesia serius menggarap potensi perkebunan bunga. Sebab konsumen negara-negara lain pun membutuhkan bunga-bunga dari negara tropis yang tak mungkin dikembangkan di negaranya masing-masing.
Demikianlah kisah inspiratif tentang Merry Anwar, distributor dan pemasok bunga impor yang telah menjalankan bisnis berisiko tinggi selama 20 tahun. (NKK)