INSPIRATOR

Kisah Inspiratif: Pindah ke Desa Jadi Pengusaha Rempah, Gandeng Petani Bersama Kejar Cuan

Noviyanti R/Magang 25/10/2023 18:41 WIB

Andika memilih untuk tinggal di desa dan memulai usaha olahan rempah-rempah, ia memberdayakan petani setempat untuk mengolah produk turunan rempah.

Kisah Inspiratif: Pindah ke Desa Jadi Pengusaha Rempah, Gandeng Petani Bersama Kejar Cuan. (Foto: YouTube/Kementerian Pertanian)

IDXChannel—Meninggalkan ibukota dan memilih tinggal di desa ternyata menjadi keputusan yang tepat bagi Andika Mahardika, CEO sekaligus founder Agradaya Indonesia. Agradaya berlokasi di Sleman, Yogyakarta, tepatnya di Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir. 

Agradaya Indonesia adalah perusahaan kecil dengan lini usaha pengolahan hasil tanaman rempah yang memberdayakan banyak petani-petani rempah setempat. 

Latar belakang Andika memulai Agradaya ini ketika tahun 2014 ia bersama sang istri memutuskan untuk tinggal di desa dan berusaha untuk membuat sebuah inovasi kegiatan usaha yang melibatkan masyarakat. Andika sudah menceritakan perjalanan bisnis ke beberapa kanal YouTube, salah satunya Kementerian Pertanian. 

Keduanya berhasil melakoni bisnis rempah ini, padahal Andika adalah seorang Sarjana Teknik Mesin dan sang istri merupakan lulusan Teknik Kimia. Keduanya sama-sama tidak memiliki latar belakang keilmuan di bidang pertanian. 

“Kami mencoba mendata kira-kira mitra atau stakeholder dibidang pertanian yang bisa kami ajak terlibat. Dari situ kami bertemu dengan teman-teman seperti Sekolah Tani Muda, Yayasan Kerabat Desa Kota dan Yayasan Bina Desa,” ujar Andika.

Andika menceritakan dalam kurun waktu dua tahun dirinya dan sang istri melakukan pendekatan melalui eksplorasi untuk mengenal sumber daya alam, masyarakat, dan bertemu dengan para petani.

“Kami melihat bahwa ada potensi yang besar dalam hal pengembangan rempah-rempah  biofarmaka,” ujar Andika.

Andika juga bertemu dengan beberapa petani di daerah perbukitan Menoreh tepatnya di Kecamatan Girimulyo dan Kecamatan Kokap. Ia menemui banyak petani khususnya petani perempuan yang sudah membudidayakan jenis rempah-rempah seperti kunyit, temulawak, dan jahe.

“Namun tantangannya belum ada dari petani tersebut yang melakukan proses pengolahan pasca panen, dari situ kita lihat dan juga validasi berdasarkan temuan di pasar bahwasanya rempah biofarmaka ini punya banyak kandungan yang fungsinya untuk obat-obatan atau farmasitikal,” ujar Andika.

Setelah itu Andika melakukan kegiatan edukasi tentang pertanian alami seperti penanaman rempah secara natural dengan menggunakan bahan input pupuk dari alam dan mengenalkan teknologi Rumah Surya yang berfungsi untuk mengeringkan hasil panen.

Produk andalannya yaitu berbahan dasar jahe, kunyit dan temulawak. Jahe yang digunakan ada dua jenis, yaitu jahe emprit dan jahe merah. Dari produk tersebut Andika memiliki empat varian jenis yaitu rempah serbuk, rempah teh, rempah latte dan jamu basah.

Produk tersebut dijual dengan harga tiga kali lipat dari harga rempah mentahnya lalu produknya dipasarkan khususnya di wilayah Jogjakarta dan sekarang sudah tersebar di seluruh kota-kota besar Indonesia. 

Andika juga mengungkapkan ketika dirinya pindah ke desa ia belajar tentang makna kebahagiaan, dirinya mengaku dapat lebih mengapresiasi dan menghargai masyarakat desa yang mana mereka bisa melakukan keseimbangan antara kebutuhan finansial, sosial, spiritual dan emosional.

Andika dan sang istri juga sering melakukan edukasi untuk anak muda dan anak-anak di desa belajar tentang aktivitas pengolahan pangan harapannya untuk memberikan pemahaman bahwa bekerja di desa juga bisa dilakukan secara profesional dan juga bisa sejahtera.

Itulah kisah inspiratif tentang sarjana teknik yang memilih untuk hidup di desa dan mengembangkan potensi pertanian rempah setempat. (NKK)

Penulis: Noviyanti Rahmadani

SHARE