INSPIRATOR

Kisah Inspiratif Theresia Dwiaudina, Sang Dewi Penyelamat Kesehatan Desa Uzuzozo

Fiki Ariyanti 20/07/2024 15:03 WIB

Kisah inspiratif Theresia Dwiaudina Sari Putri, Pemenang 14th SATU Indonesia Awards 2023 di Bidang Kesehatan.

Kisah Inspiratif Theresia Dwiaudina, Sang Dewi Penyelamat Kesehatan Desa Uzuzozo (foto web astra)

IDXChannel - CINTA, satu kata yang mampu terus membakar semangat Theresia Dwiaudina Sari Putri, Pemenang 14th SATU Indonesia Awards 2023 tetap menjadi penyuluh kesehatan di Desa Uzuzozo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama tujuh tahun. 

Desa Uzuzozo merupakan desa terpencil di Timur Indonesia. Berjarak 2 jam dari Kabupaten Ende, Theresia begitu panggilan akrabnya mengabdikan diri untuk masyarakat sekitar. 

Dalam Bincang Inspiratif 15th SATU Indonesia Awards 2024, Theresia begitu antusias membagi kisahnya sebagai seorang bidan di tengah kondisi masyarakat yang tak pernah terjamah pelayanan kesehatan dari pemerintah. 

Wanita berkacamata itu memutar kembali memorinya mengingat pengalaman 2013, saat pertama kali dirinya berkarya di desa nan jauh di sana. 

"Sejak 2013 (bertugas di Ende). Saat itu setelah menempuh pendidikan, saya bingung mau bikin apa. Kemudian oleh Kades yang saat itu bingung mencari tenaga kesehatan, saya ditawarkan menjadi bidan desa pertama," kata Theresia di Gedung MPL, Waingapu, Sumba Timur, Sabtu (20/7). 

Fokusnya adalah pada kesehatan ibu dan anak, termasuk lanjut usia (lansia), posyandu, bahkan prilaku sosial masyarakat setempat menjadi tugas Theresia, seperti jambanisasi karena masih banyak warga yang buang air besar di sungai.

"Bidan biasanya berkarya di tempat yang bagus, tapi saya berkarya di desa terpencil, sulit menjangkau transportasi,  tidak memiliki fasilitas kesehatan (faskes) dan standar sumber daya manusia (SDM) yang masih di bawah," ujarnya tersenyum. 

Perjuangan Theresia cukup dramatis. Bukan hanya persoalan kondisi geografis, dia pun dihadapkan pada tradisi masyarakat yang masih percaya dengan dukun untuk melahirkan maupun pengobatan. 

"Perjuangan tujuh tahun tidak mudah, karena biasanya masyarakat jika bersalin ditolong dukun, tidak ada imunisasi, buang air besar masih di sungai. Mereka sulit menerima hal-hal baru, bahkan kehadiran saya dianggap menjadi ancaman, dukun bisa kehilangan lapangan kerja," tuturnya. 

Theresia tak peduli seberapa berat langkahnya untuk mengubah kesadaran masyarakat Desa Uzuzozo terhadap fasilitas kesehatan. Dia melakukan pendekatan, jemput bola memberikan pelayanan kesehatan dari rumah satu ke rumah lain dan selalu siaga 24 jam. 

"Saya bekerja sebisa mungkin tidak mengurangi tradisi adat. Saya biasanya mencari jalan tengah untuk solusinya. Misalnya imunisasi anak, kepercayaan mereka kalau anak mereka habis disuntik imunisasi, jarum suntiknya ditancapkan ke pohon pisang biar anak enggak demam. Selama enggak mengganggu atau bertentangan dengan medis, enggak apa, nanti jarum suntiknya saya cabut dan saya simpan biar enggak dibuat main," paparnya. 

"Setiap pasien yang datang dan usai mendapatkan pelayanan kesehatan dari saya, saya minta testimoni. Enak mana di dukun dengan faskes," lanjut Theresia. 

Perlahan tapi pasti, kesadaran masyarakat untuk datang ke faskes untuk melahirkan, berobat, imunisasi semakin meningkat. Dari yang sebelumnya hanya 5 persen masyarakat Desa Uzuzozo yang menganggap pentingnya kesehatan, kini sudah mencapai 85-90 persen. 

"Saya senang sekarang mereka semakin sadar ke faskes. Setiap ada dana dari privat sector juga dipakai buat bikin jamban," katanya. 

Bersyukur, Theresia sukses mengalahkan ribuan peserta dan memenangkan 14th SATU Indonesia Awards 2023 di Bidang Kesehatan yang digelar PT Astra International Tbk (ASII). 

"Setelah saya menang Astra, saya jadi viral, cerita sana sini, dikasih panggung buat berbagi kisah inspiratif. Saya ingin berkarya di lingkungan yang lebih luas. Saya ingin belajar di lingkup lebih luas, dengan jabatan dan pendidikan yang lebih tinggi," tuturnya. 

Meski masyarakat desa setempat sudah semakin sadar tentang pentingnya ke faskes, namun Theresia tak akan berhenti untuk berkarya. Sebab, dia mengaku sangat mencintai pekerjaannya. 

"Apakah saya pernah berpikir untuk pergi? Pasti. Tapi saya bisa bertahan karena cinta. Memang terdengar klise, tapi itu faktanya. Saya berkarya tidak setengah-setengah, energi saya 100 persen penuh untuk bekerja. Saya mencintai apa yang saya lakukan saat ini," ujarnya. 

Dia berpesan kepada anak-anak muda NTT, khususnya di Sumba Timur untuk memulai niat baik yang sudah terpatri. Membuat program atau kegiatan yang dapat bermanfaat untuk masyarakat dan ikut serta dalam program 15th SATU Indonesia Awards 2024.

"Buat kamu yang merasa kok program saya enggak dilihat, enggak ada balasan dari apa yang kamu lakukan. Merasa enggak punya privilege, enggak ada 'orang besar,' gabung program SATU ini. Astra enggak ada KKN, hanya dibutuhkan talenta, siapkan kemampuan belajar, branding diri, dan fokus apa yang teman-teman buat. Kita akan tuai apa yang kita tabur," kata Theresia.

(FAY)

SHARE