INSPIRATOR

Kisah Inspiratif: Tinggalkan Pengepulan Botol Miras Bekas, Sukses Dirikan 3 Warung Sayur Modern

Kurnia Nadya 22/02/2023 15:23 WIB

Pasutri Yogi dan Yona menuturkan kisah inspiratif tentang upaya keduanya terlepas dari riba dan bisnis pengepulan botol miras dengan berdagang sayur mayur.

Kisah Inspiratif: Tinggalkan Pengepulan Botol Miras Bekas, Sukses Dirikan 3 Warung Sayur Modern. (Foto: Youtube/PecahTelur

IDXChannelKisah inspiratif juga dapat datang dari pengusaha-pengusaha kecil yang gigih menjalankan usahanya dari nol hingga bisnisnya membesar, menghasilkan omzet yang besar, dan berhasil mempekerjakan banyak orang. 

Mendirikan usaha yang berkelanjutan tentu tidak mudah. Terlebih bagi pengusaha-pengusaha muslim yang memegang teguh prinsip berbisnis tanpa riba, yang artinya, semua modal harus berasal dari kantong sendiri. 

Namun, ada beberapa pengusaha yang berhasil membuktikan bahwa bisnis dapat berkembang baik tanpa sokongan kredit dengan bunga yang mencekik. Meskipun awalnya terasa berat dijalani, namun dengan kegigihan dan pengelolaan yang cermat, usaha dapat berkembang secara bertahap. Perlahan tapi pasti. 

Kisah inspiratif kali ini dituturkan oleh pasutri Yogi dan Yona yang mulanya meraup cuan dari penjualan barang bekas, termasuk botol-botol minuman keras, lalu memutuskan untuk beralih menjadi usaha sayur mayur. 

Seperti apa kisahnya? Dilansir dari akun Youtube PecahTelur (22/2), simak perjalanan Yogi dan Yona di bawah ini. 

Kisah Inspiratif Pengusaha Kecil: Buang Botol Bir dan Beralih ke Sayur Mayur 

Yogi dan Yona menikah pada 2011. Setelah menikah, keduanya memutuskan untuk menjalankan bisnis berdua. Tadinya Yogi adalah seorang peternak, sementara Yona sudah mulai berbisnis sebagai penadah barang bekas. 

Keduanya sepakat untuk fokus berbisnis barang bekas, Yogi pun beranggapan potensi cuan dari bisnis pengepulan itu lebih menjanjikan. Mereka mengepul banyak jenis barang bekas, mulai dari kardus, botol, besi, kertas, dan lain-lain. 

Namun pada 2014, mereka memilih fokus untuk menadah botol-botol bekas untuk dijual kembali ke pabrik masing-masing. Botol kecap akan dijual ke pabrik kecap, botol minuman keras akan dijual ke pabrik minuman keras. 

“Saya yang keliling dengan mobil pickup mencari pelanggan untuk menadah botol bekas. Sementara istri di rumah yang mengurus pengepakan, jadwal kirim, dan sebagainya,” tutur Yogi. 

Botol bekas adalah barang yang tak bakal terbuang sia-sia, tak menghasilkan sampah apa pun. Botol terjual, tutup dan beling pecahannya pun bakal terjual. Keuntungan mereka dapat sebesar Rp400/botol. Keduanya berhasil menjadi suplier botol bekas terbesar di Blitar. 

Yogi dan Yona meraup perolehan Rp700 juta per bulan, dengan laba kotor Rp100 juta, dipotong karyawan dan kewajiban cicilan, lalu bersisa Rp40 juta. Namun, keuntungan besar seperti ini tak membuat mereka puas. 

Kisah Inspiratif Pengusaha Kecil: Ingin Lepas dari Riba 

Yogi dan Yona ingin melakukan sesuatu tak hanya untuk keperluan duniawi, namun juga untuk akhirat. Mereka mulai memikirkan kehalalan usaha mereka, juga memikirkan riba yang mereka dapat dari pinjaman bank. 

Mereka menggunakan pinjaman bank untuk membeli truk-truk pengangkut barang bekas. Yogi dan Yona pernah memiliki tiga truk. Saat memutuskan untuk berhenti berbisnis pengepulan botol bekas. Keduanya sempat menerima cercaan bahkan dari keluarga. 

“Kok, goblok sekali meninggalkan usaha yang sudah stabil? Begitu saya dengar. Tapi enggak apa-apa, bismillah saja dijalani dulu,” tutur Yogi. 

Yona juga mengaku merasa sangat sedih saat harus menutup usahanya, sebab ia harus memberhentikan orang-orang yang sudah bekerja dengan mereka. Seluruh karyawannya sudah berjumlah cukup banyak saat itu. 

Keduanya memutuskan untuk beralih usaha menjadi dagang sayur mayur. Selama berbulan-bulan mereka mengamati seluk beluk perdagangan sayur mayur dengan survey ke lapangan. Hal ini mereka anggap sebagai keluar dari zona nyaman, karena semuanya dimulai lagi dari nol. 

Yona mengaku, tiga bulan pertama ia ingin menyerah. Yogi pun ragu apakah ia mampu melunasi kewajiban pembayarannya. Namun keduanya terus berusaha. Yona ingin membuat warung sederhana yang bersih dan nyaman. 

Mereka menyewa ruko dari seorang kenalan dan mendirikan warung sayur mayur yang modern. Dengan lantai keramik dan rak-rak display yang mirip seperti minimarket. 

“Ibu-ibu kan kalau belanja suka wira-wiri. Saya ingin membuat one stop shopping, jadi di satu tempat tuh ada. Enam bulan pertama sudah running, warung mulai ramai. Omzet bulan keenam sudah Rp7 juta sehari,” tuturnya. 

Mereka bahkan menggunakan sistem komputerisasi untuk menata manajemen penjualan. Mulanya, mereka masih menggunakan sistem pencatatan manual. Namun rupanya, penggunaan sistem komputer justru mempermudah usahanya. 

Yogi dan Yona berhasil membuka warung di tiga titik. Mereka membangun sistem untuk mengelola stok dari tiap-tiap warung. 

Yona juga memikirkan cara untuk mengelola sayur mayur yang tak laku. Saat berdagang sayur mayur, artinya produk harus laku terjual cepat, sebab sayuran dan bahan makanan lain tak bisa disimpan lama-lama tanpa pendingin. 

Yona memutuskan untuk mengolah sayur yang tidak laku terjual menjadi makanan siap beli. Ia mendirikan divisi dapur untuk melancarkan strateginya itu. Seluruh sayuran dan bahan makanan yang hari itu sudah tidak layak display namun masih layak konsumsi, akan dimasak menjadi makanan matang. 

“Misalnya apel yang sudah ada bercaknya, biasanya kan pelanggan sudah tidak mau beli. Nah, produk yang sudah seperti itu akan kita jual ke divisi kreatif untuk diolah menjadi salad buah. Memang tetap akan rugi sekian ratus ribu, namun tidak sebesar jika kami buang itu semua sayur dan buah yang sudah tidak layak display,” lanjut Yona. 

Yogi dan Yona mengaku lebih tenang menjalankan bisnis warung sayur ini. Mereka memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga seiring usahanya meningkat. Jumlah karyawan dan omzet pun tak jauh berbeda dengan usaha pengepulannya dulu. 

Demikianlah kisah inspiratif tentang pengusaha kecil yang berhasil terlepas dari riba dan berhasil dengan berdagang sayur mayur. (NKK)

SHARE