Kisah Inspiratif Trader Tersukses di Dunia yang Hanya Andalkan Rumus dan Algoritma
Jim Simons membuat sistem trading terotomatisasi menggunakan rumus dan algoritma. Sistem yang dibuatnya sukses mencatatkan annual return tinggi.
IDXChannel—Kisah inspiratif tentang Jim Simons menarik untuk diulik. Ia adalah pemecah kode, ahli matematika, sekaligus trader saham tersukses di dunia. Simons trading dengan mengandalkan rumus matematika dan algoritma semata.
Namanya mungkin akrab dikenal di kalangan trader dan investor. Simons adalah salah satu tokoh dalam dunia investasi global yang populer. Ia dikenal sebagai trader yang taktis, hanya mengandalkan analisa kuantitatif hingga dijuluki ‘The Quant King.’
Strategi tradingnya tentu jauh berbeda dengan trader lain yang pada umumnya mengandalkan analisa teknikal dengan beragam indikator untuk melihat proyeksi pergerakan harga di masa mendatang.
Cara trading yang tak lazim ini selaras dengan latar belakang Simons sebagai akademisi matematika dan pemecah kode rahasia di era peperangan. Bagaimana kisah inspiratif Simons memanfaatkan ilmu yang dikuasainya untuk trading?
Kisah Inspiratif Trader Tersukses, Pemecah Kode Rahasia Masuk Dunia Investasi
Jauh sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia investasi dan keuangan, Simons dulunya pernah bekerja di NSA (National Security Agency) sebagai pemecah kode rahasia saat perang Vietnam-AS berlangsung.
Ia juga tergabung dalam staf riset di Institute for Defense Analyses (IDA) hingga 1968. Simons sendiri merupakan sarjana dan master di jurusan Matematika, ia mengantongi gelarnya dari University of California, Berkeley.
Simons juga menjadi dosen matematika di Massachusetts Institutue of Technology dan Harvard. Namun ia didepak dari IDA lantaran menyerukan penolakan terhadap perang Vietnam secara terbuka.
Ia lantas bergabung dengan Stony Brook University sejak 1968-1978. Pada akhir periode ia mengajar di Stony Brook, Simons yang saat itu berusia 41 tahun mulai tertarik untuk masuk ke sektor keuangan. Ia mendirikan hedge fund bernama Monemetrics.
Singkatan dari ‘Money and Econometrics’, Monemetrics adalah cikal bakal Renaissance Technology, perusahaan investasinya. Simons menyadari bahwa, pastilah ada pola yang dapat digunakan untuk trading di pasar keuangan.
Dari sinilah, ia mengembangkan sistem komputer dengan model perhitungan kuantitatif. Simons mempekerjakan ahli matematika, ahli statistik, bahkan ahli fisika untuk membangun teknologi ini.
Renaissance Technologies berhasil diluncurkan pada 1981, ini berbarengan dengan peluncuran dana kelolaan utamanya, Medallion Fund. Teknologi buatan Simons dan timnya ini mampu memprediksikan perubahan harga.
Banyak data digunakan untuk melatih model teknologinya. Bahkan, kabarnya Simons dan timnya mengggunakan data dari 1800 untuk dimasukkan dalam sistem trading ini. Dikutip dari Investopedia (3/1), sampai saat ini tidak ada pihak luar yang mengetahui bagaimana logika perhitungan dibalik teknologi Rainassace yang digunakan tim Simons.
Medallion Fund, dana kelolaan utama Renaissance Technologies, terbukti berhasil menghimpun profit trading hingga USD100 miliar sejak 1988. Ini berarti, persentase net annual return-nya mencapai 39,1% sejak 1988-2018.
Persentase itu mengalahkan annual return Berkshire Hathaway. Sumber lain bahkan menyebutkan bahwa annual return Renaissance Technology tetap mencapai dua digit bahkan ketika dotcom bubble terjadi di Amerika Serikat.
Pada 1980-1990, Medallion Fund mencatatkan net annual return hingga 58%. Namun Simons menginginkan return yang lebih tinggi, jika bisa mencapai 80%. Sebagian timnya menganggapnya gila.
Namun toh target itu tercapai pada 2000, Medallion Fund mencatatkan net annual return hingga 98,5%. Ini terjadi setelah Simons kembali mengumpulkan tim ahli matematika dan statistik untuk membuat sistem trading otomatis.
Sistem trading itu dibuat dengan tambahan rumus dan data yang lebih masif, hingga mampu memprediksikan tren pasar dengan akurasi tinggi. Pada 2022, Renaissance Technologies mengelola dana investasi sebanyak USD55 miliar.
Memang kecil bila dibanding dana kelolaan perusahaan investasi lainnya. Namun angka ini tidak mengherankan, sebab Medallion Fund tidak terbuka untuk investor ritel publik. Dana kelolaan itu hanya diperuntukkan bagi pemilik dan karyawan perusahaan.
Namun di samping Medallion Fund, Renaissance Tech mengelola tiga dana kelolaan lain, yakni Renaissance Institutional Equities Fund (RIEF), Renaissance Institutional Diversified Alpha (RIDA), dan Renaissance Institutional Diversified Global Equity Fund. Dana kelolaan terakhir terbuka untuk investor publik.
Itulah kisah inspiratif tentang Jim Simons, ahli matematika yang menjadi trader handal berkat yang hanya mengandalkan rumus dan algoritma untuk memprediksi tren pasar. (NKK)