INSPIRATOR

Kisah Orang Kaya ke-2 Indonesia Punya Rp317, 7 triliun, Bantu Ayah Sejak Usia 14 Tahun

Nadya Kurnia 23/12/2022 12:21 WIB

Low Tuck Kwong adalah konglomerat yang memiliki perusahaan pertambangan, salah satu yang terbesar di Indonesia.

Kisah Orang Kaya ke-2 Indonesia Punya Rp317, 7 triliun, Bantu Ayah Sejak Usia 14 Tahun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel Low Tuck Kwong adalah seorang miliarder dengan lonjakan kekayaan terbesar di dunia versi Forbes. Diketahui hartanya naik jadi USD4,6 miliar atau setara dengan Rp71,3 triliun menjadi Rp317, 7 triliun. Hingga ia dinobatkan sebagai orang terkaya kedua Indonesia versi Forbes 2022.

Pendiri perusahaan baru bara, PT Bayan Resources tbk (BYAN), ini bermigrasi ke Singapura dari Guangzhou di China Selatan ketia usianya 3 tahun. 

Bahkan saat usianya menginjak 14 tahun ia membantu ayahnya merencanakan proyek pembangunan sepulang sekolah. Low juga mendirikan sebuah perusahaan kontruksi sipil, yang ia beri nama Sum Cheong. 

Perusahaan tersebut meraih kesuksesan di Singapura dan Malaysia. Namun dari pada harus mengambil alih, ia justru ingin ke tempat yang lebih besar, dan ia melihat peluang di Indonesia. 

Pada 1973, saat usianya 25 tahun ia akhirnya mendapat proyek pertamanya, pekerjaan dasar untuk pabrik es krim di Ancol, pesisir Jakarta. 

Low termasuk kontraktor pertama di Indonesia yang menggunakan palu diesel untuk mempercepat pemancangan. Saat bekerja ia mendapat robosan baru, dan merasa itu adalah sebuah keberuntungan. 

Ia juga menjalin kerja sama dengan Jaya Steel yang termasuk anak perusahaan dari Pembangunan Jaya, perusahaan gabungan antara pemerintah Jakarta dan pengusaha lokal. 

Awalnya kepemilikannya dibagi 50/50, namun kemudian Low mengambil alih secara penuh. 

Low ingin punya pekerjaan yang pendapatannya stabil daripada pendapatan bisnis kontruksi sipil. Hingga pada 1987, Low memutuskan untuk masuk dalam bisnis kontraktor baru bara. Saat itu industri tersebut masih dalam tahap pengembangan. 

Selama tahun 1990-an, produksi dalam negeri meroket dari 4,4 juta ton jadi 80,9 juta ton, dibantu oleh kebijakan yang mendukung penambang yang mau meningkatkan investasi. 

Pada November 1997, Low membeli konsesi pertamanya, Gunung Bayan Pratama Coal, di Kalimantan Timur. Ia terus mengelola dan mengembangkan Bayan hingga perusahaan tersebut menjadi salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia. (NKK

Penulis: Mila Pertiwi

SHARE